Sejarah Cap Tikus, Minuman Keras Legendaris di Minahasa, Ternyata Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial
Denny Pinontoan, Sejarawan Minahasa mengatakan, cap tikus ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Cairan cap tikus ditumpahkan sedikit lalu dibakar.
Cairan tersebut mengeluarkan api.
Jika habis terbakar, maka itu tanda kualitasnya bagus.
De Indische Courant dalam laporannya edisi 7 Juli 1937 menyebutkan, cap tikus dikenal luas sebagai minuman keras Minahasa.
Cap tikus ini diperoleh dari hasil menyuling air nira, adopsi teknologi penyulingan alkohol di Jawa.
Disebutkan sampai tahun 1937, tempat penyulingan cap tikus milik rakyat terdapat di hampir semua kampung di Minahasa.
Januari 1938, Captikus dikaitkan dengan kebakaran yang melanda kompleks Pasar Ikan Manado.
Peristiwa itu diberitakan Het Vaderland, koran berbahasa Belanda pada edisi 5 Februari 1938.
Api menyebar dan membakar banyak bangunan di kompleks itu.
Dari kobaran api terdengar suara bunyi ledakan.
Botol-botol berisi cap tikus meledak dari sebuah toko.
Tahun 1940 di Daerah Koya, Tondano ada catatan pengiriman captikus ke Jakarta.
Pemerintah kolonial juga tercatat melakukan pembatasan peredaran minuman keras ini
Cap tikus dijual seharga 5 hingga 10 sen per liter, itu harga petani dijual ke para pengumpul.
Minuman itu dimasukkan ke botol-botol yang diberi lebel bergambar seekor tikus.