Jembatan Kayu Ini Jadi Alternatif Seberangi Waduk Saguling, Motor Rp 2.000, Jalan Kaki Rp 1.000

Sejumlah warga menyeberangi Waduk Saguling melalui jembatan apung yang menghubungkan antara Kampung

Penulis: Ery Chandra | Editor: Ichsan
tribunjabar/ery chandra
Pengendara sepeda motor menyeberangi jembatan kayu di atas Waduk Saguling, Minggu (30/6/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejumlah warga menyeberangi Waduk Saguling melalui jembatan apung yang menghubungkan antara Kampung Cangkorah dan Kampung Seketando, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.

Jembatan kayu sepanjang 220 meter yang dibuat warga itu menjadi jalur alternatif untuk mempersingkat waktu tempuh.

Dari pengamatan Tribun Jabar, sejumlah sepeda motor silih berganti melewati jembatan tersebut. Bahkan seorang perempuan bersama dengan dua orang anaknya tampak berjalan kaki di atas jembatan tersebut.

Dari lokasi pos penjagaan jembatan, tertera tulisan harga Rp 2.000-Rp  4.000 untuk sepeda motor dan pejalan kaki Rp 1.000-Rp. 2000. Hingga tulisan "Bayar Bos Selvi:2000".

Seorang penjaga jembatan, Karim Lia (24) mengatakan akses melewati jembatan apung merupakan jalan alternatif. Pasalnya, apabila akan melewati jalur Batujajar akan menjadi sangat jauh sekali.

Bibit Padi Terbaru Disiapkan Dispangtan Kota Cimahi untuk Sawah yang Kekeringan

"Orang lebih banyak lewat sini. Kalau lewat Batujajar jadi lama bisa lebih 15 menit. Belum kepotong jalan macet. Kalau lewat sini cepat," ujar Karim, di jembatan apung, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (30/6/2019).

Pegendara memasuki jembatan kayu di Waduk Saguling
Pegendara memasuki jembatan kayu di Waduk Saguling (tribunjabar/ery chandra)

Karim menuturkan jembatan alternatif yang telah dibangun sejak satu tahun empat bulan tersebut sebelumnya merupakan lokasi lewatnya perahu. Lantas dibuat jembatan dari usaha perorangan.

"Dikasih tarif lewat sini. Tapi juga seikhlasnya dan pengertiannya saja karena jalan alternatif," katanya.

Komunitas Nero Reptil di Kota Bandung, Edukasi Masyarakat Soal Ular

Lain halnya, menurut seorang pejalan kaki warga Seketando, Siti Zulaeha (25) bersama dua anaknya mengaku baru kali pertama menyeberang dengan berjalan kaki. Biasanya menggunakan sepeda motor.

"Ngerasa takut, soalnya getar pas lewat. Apalagi bawa anak takut jatuh. Sementara enggak ada pilihan lain. Kalau mutar jadi jauh. Lebih enak dan cepat lewat sini ke Babakan Jalur," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved