Izin Dokter Berusia 80 Tahun Ini Dicabut Setelah Gunakan Sperma Miliknya untuk Membuahi Pasien

Gara-gara menggunakan sperma miliknya untuk membuahi pasien, izin seorang dokter di sebuah klinik kesuburan Kanada bernama Bernard Norman Barwin, dic

Editor: Theofilus Richard
huffingtonpost.in
ilustrasi hamil 

TRIBUNJABAR.ID, ONTARIO - Gara-gara menggunakan sperma miliknya untuk membuahi pasien, izin seorang dokter  di sebuah klinik kesuburan Kanada bernama Bernard Norman Barwin, dicabut.

Praktik ini sudah dijalankan Barwin selama puluhan tahun.

Keputusan pencabutan izinnya itu dilakukan oleh panel disiplin dari College of Physicians and Surgeons of Ontario.

Barwin juga dijatuhi sanksi denda sebesar 10.000 dollar Kanada (sekitar Rp 107 juta).

"Anda telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh pasien Anda. Tindakan Anda juga sangat mempengaruhi individu dan keluarga pasien, serta menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang akan berlangsung selama beberapa generasi," kata regulator medis dalam pernyataannya, Selasa (25/6/2019).

Benarkah Orang Arab Semakin Tidak Religius? Berikut Uraian Penelitian Arab Barometer

Dokter berusia 80 tahun itu tidak hadir dalam persidangan, namun melalui pengacaranya dia tidak mengajukan bantahan.

Barwin telah menyerahkan izin medisnya pada tahun 2014, setelah dia didisiplinkan dalam kasus sebelumnya.

Dia sebelumnya telah dinyatakan salah karena melakukan pembuahan buatan terhadap tiga pasiennya menggunakan sperma yang salah.

Ketika itu dia menyebut hal itu sebagai kesalahan sederhana.

Kini setelah izin praktiknya dicabut, pihak regulator medis lainnya akan diperingatkan jika dia berusaha melakukan praktik kedokteran di wilayah yuridiksi lain.

Barwin juga dilaporkan menghadapi tuntutan hukum yang menyebutnya telah menyebabkan 50 hingga 100 kelahiran dengan sperma yang salah, termasuk 11 kasus di mana dia menggunakan sperma miliknya sendiri.

Kesalahannya terungkap setelah beberapa anak yang lahir melalui proses inseminasi buatan yang dilaklukan Barwin ingin mengetahui latar belakang genetik dan meneliti silsilah keluarganya.

Pada kasus lain, salah satu anak didiagnosis mengidap penyakit celiac yang bersifat genetik, sementara kedua orangtuanya tidak memiliki penyakit itu.

Rebecca Dixon, yang telah berusia 25 tahun, baru mengetahui pada tiga tahun lalu, jika Barwin adalah "ayah kandungnya".

Rebecca yang menjadi saksi di persidangan, mengatakan bahwa dia merasa "jijik" dan "terkontaminasi" setelah mengetahui fakta tersebut.

"Pada saat itu, hidup saya seperti berubah selamanya," ujarnya, dikutip AFP.

"Untuk sesaat, saya merasa asing dengan wajah saya sendiri. Seolah sosok yang menatap dari balik cermin bukan lagi diri saya sepenuhnya," tambah Rebecca.

Dia menekankan bahwa penemuan itu juga sangat memberatkan keluarganya.

"Ayah saya, yang sedang berjuang dengan masalah kesehatannya, harus menerima bahwa anak perempuan yang dibesarkan dan dicintainya selama ini bukanlah anak kandungnya."

"Sementara ibu saya, harus menghadapi kenyataan bahwa sesuatu telah terjadi pada tubuhnya tanpa sepengetahuan maupun izin darinya," ujar Rebecca.

"Saat berada di tengah keramaian, saya mendapati diri ini mencari-cari orang-orang di sekitar yang mirip dengan saya, yang bisa saja adalah saudara kandung saya," katanya.

Rebecca mengatakan, sejauh ini dirinya telah menemukan hinga 15 saudara tiri yang tidak pernah diketahuinya dan kemungkinan masih bisa bertambah. (Kompas.com/Agni Vidya Perdana)

Di Masjid Mako Polres, Tersangka Pencabulan Ini Nikahi Korbannya yang Sedang Hamil

Berdalih Bisa Sembuhkan Penyakit, Dukun Gadungan Ini Cabuli Bocah SMP

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved