Pemilu 2019

Pesan Menohok Mahfud MD untuk Pemilih & Kontestan Pemilu, Singgung Politik Uang & Demokrasi Primitif

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfud MD memberikan pesan atau imbauan menohok untuk para pemilih dan kontestan.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Fauzie Pradita Abbas
tribunnews
Mahfud MD 

JELANG hari pencoblosan di pemilu dan Pilpres pada 17 April 2019, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfud MD memberikan pesan atau imbauan menohok untuk para pemilih dan kontestan.

Nasihat dan pesan Mahfud MD itu dibagikan di akun Twitter @mohmafudmd.

Pertama, dalam nasihatnya itu, Mahfud MD menyinggung soal politik uang.

Menurut Mahfud MD, pemilih harus menghindari amoralitas politik uang.

Dia bahkan menyebut politik uang sebagai hal yang amoral.

Politik uang, ujarnya, merupakan pertanda demokrasi primitif.

Lebih lanjut Mahfud MD mengatakan, dalam demokrasi primitif, suara pemilih diperjualbelikan oleh kontestan dan pemilik hak suara.

Keduanya, disebut Mahfud MD sama-sama primitif lantaran memperjualbelikan hak politik lima tahun dengan pencoblosan yang hanya lima menit.

"Hindari amoralitas politik uang. Politik uang itu amoral, pertanda demokrasi primitif."

"Di dlm demokrasi primitif suara pemilih diperjualbelikan oleh kontestan dan pemilik hak suara."

"Keduanya sama2 primitif krn menjualbelikan hak politik yg 5 tahun dgn pencoblosan yg hny 5 menit," tulis akun @mohmafudmd.

Mahfud MD Ajak Milenial Bandung Junjung Tinggi Toleransi dan Keberagaman

Kemudian, Mahfud MD juga memberikan nasihat atau imbauan agar pemilih memilih sesuai bisikan hati, mana yang terbaik dari kandidat yang ada.

Jika ada yang memberi uang, ujarnya, tetaplah pada pilihan yang terbaik.

"Utk para pemilih, pilihlah sesuai bisikan hati ttg yg mana yg terbaik dari kandidat2 yg ada."

"Seumpama sdh ada yg memberi uang "tetaplah pd pilihan yg terbaik", jgn memilih krn diberi uang," tulisnya.

Tak hanya itu, Mahfud MD juga menyinggung soal kontestan yang curang.

Mahfud MD saat ada di Bandung.
Mahfud MD saat ada di Bandung. (Tribun Jabar/Daniel Andreand Damanik)

Menurutnya, kontestan yang berjuang untuk terpilih dengan membeli suara adalah amoral.

"Utk kontestan, jgn berjuang utk terpilih hny krn Anda bs membeli suara. Itu amoral, tahu?," tulisnya.

Hingga berita ini ditulis, unggahan akun Twitter @mohmahfudmd sudah disukai oleh ribuan warganet.

Tak hanya itu, unggahannya juga sudah dibalas dan di-retweet sebanyak ratusan kali.

Berikut adalah beragam komentar dari warganet:

Mahfud MD Minta Pemimpin Politik Jangan Provokasi Rakyat

@mohammedrayyan_: Faktanya begini prof :
Yang memberi uang saja belum tentu menang, apalagi yang tidak sama sekali :(
Akhirnya semuanya berlomba2 mengikuti pasaran, kecuali yang tak ada modal

@PradiktaAndiAlv: Sayangnya politik uang telah menjadi semacam kultur yg mengakar kuat dlm masyarakat. Calon yg tidak menggunakan politik uang pun terkadang bukan karena mereka jujur tapi krn tidak memiliki modal materi. Jadi rakyat memang dihadapkan dg calon yg nir-kualitas

Solusi jangka pendeknya tentu penegakan supremasi hukum. Sedangkan solusi jangka panjang tentunya melalui upaya integral pembangunan sistem sosial meliputi ekonomi, budaya, politik, pendidikan dll.

@jraharja76: Kalo ternyata pihak yg menghalangi pemilih untuk menggunakan hak suaranya adalah penyelenggara pemilu sendiri, bisa dipidana nggak sih mereka? Cc @KPU_ID @bawaslu_RI

Hotman Paris, Atta Halilintar, dan Nikita Mirzani Prihatin Atas Kasus Audrey, Mahfud MD Pun Bersuara

@attaeuwur: Kalaupun ada dialektika moral maka kita berseru ambil uangnya....lapor pemberinya tp tetap gunakan hak pilihnya, Pak Prof.

@pengamathewan: Seharusnya himbauan prof @mohmahfudmd tegas. Jangan pilih yg kasih uang. Karena berarti pilih yg amoral. Kan gitu. Tapi memang pemilu kali ini aneh. Yg tadinya anti money politik merapat ke kubu yg jelas2 melakukan. Yg tadinya anti kecurangan juga sama. Pengennya cuma menang aja.

@Tiorida13: Kepentingan bangsa dan negara 5thn k depan dihianati hanya krn uang seratus rb.

@AMuzadi: Pendidikan politik untuk masyarakat itu penting pak, partai politik dan elite politik selama ini hanya "ngopeni" rakyat dengan sembako, umkm, dan lain sebagainya. Tapi tak pernah berbicara soal politik di masyarakat. Ada yang tidak berjalan dari tugas dan fungsi parpol dan elite.

@QomarJalaludin: Maaf prof, minta pandangan njenengan. Seumpama begini "ada caleg ngasih uang sebagai ganti jasa seorang untuk nyoblos si caleg tersebut". Gimana prof?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved