Tana dan Keluarganya Sudah Tiga Minggu Mengungsi, Sungai Citarum Masih Merendam Kampungnya

Tana dan keluarganya sudah tiga minggu mengungsi. Sungai Citarum masih merendam kampungnya.

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
Pengungsian di belakang Kantor Desa Dayeuhkolot. 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tana (42) dan keluarganya asal Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, terpaksa mengungsi setiap kali Sungai Citarum meluap ke permukiman warga.

Di musim hujan saat ini, Tana bersama sembilan anggota keluarga lainnya, menjadikan gedung pengungsian yang berada di belakang Kantor Desa Dayeuhkolot, menjadi rumah keduanya untuk berlindung dari terik matahari serta hujan.

Bukan tanpa alasan, tempat tinggalnya yang berada di RT 4/5, Kampung Bojongasih, kerap terendam banjir hingga ketinggian dua meter, sehingga tidak bisa ditempati selama beberapa waktu.

Tana bercerita, pada pertengahan Maret lalu saat hujan deras mengguyur pada malam hari, air tiba-tiba masuk dari arah pintu depan dan kemudian merendam seluruh bagian rumah.

"Saat air mulai masuk, saya belum mengungsi. Tetapi waktu subuh air semakin naik, di situ saya langsung pindah ke pengungsian," kata Tana kepada Tribun Jabar di pengungsian Kantor Desa Dayeuhkolot, Minggu (7/4/2019).

Sejak pertengahan Maret hingga hari Minggu siang ini, Tana masih bertahan di pengungsian bersama puluhan warga lainnya, karena banjir yang merendam rumahnya tersebut tidak kunjung surut.

Pagi tadi, bersama tiga orang anaknya Tana memaksakan untuk melihat kondisi rumahnya yang masih terendam banjir.

Terlihat banjir sepinggang orang dewasa dan merendam seluruh perabotan rumah tangga.

"Lumpur juga sudah sangat tebal, kira-kira 20 sentimeter, belum berani menempati sampai benar-benar surut dan tidak hujan, ini terjadi lebih dari 13 tahun," katanya.

Akibat mengungsi, kata Tana, aktivitasnya sehari-hari sebagai petugas kebersihan di salah satu instansi pun terganggu.

Bahkan tiga orang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar tidak bersekolah.

Selama di pengungsian, kebutuhan makan ia dapatkan dari sejumlah relawan yang memberikan bantuan dan beberapa kali membeli ke warung terdekat menggunakan kocek pribadi.

"Ini tidak lebih parah dari tahun kemarin. Tahun kemarin saya mengungsi sampai empat bulan, uang sudah tidak ada dan bantuan juga sangat sedikit," katanya.

Dari pantauan Tribun Jabar di posko pengungsian, terlihat puluhan warga tengah melakukan sejumlah aktivitas di lokasi pengungsian, mulai dari memasak, mencuci, hingga bersantai.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved