Tribun Wiki
MRT Jakarta Resmi Beroperasi, Apa Perbedaan MRT, LRT, dan KRL? Begini Penjelasannya
Masih menurut Kompas.com, di Jakarta ternyata sebelumnya sudah ada transportasi publik yang sama-sama melintas di rel.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNJABAR.ID - Akhirnya, setelah dinanti-nanti sangat lama, warga Jakarta bisa menikmati transportasi publik baru untuk bepergian, yaitu mass rapid transit atau moda raya transportasi ( MRT ).
Adapun MRT Jakarta ini baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Minggu (24/3/2019).
Melintasi rel, MRT disebut-sebut bakal jadi opsi baru bagi warga Jakarta yang hendak bepergian di dalam kota.
Selain itu, MRT Jakarta juga diharapkan menjadi solusi mengurangi kemacetan.
Tentu saja, solusi yang ditawarkan MRT Jakarta ini mirip seperti yang terdapat di beberapa negara maju, yang menjadikan kereta sebagai transportasi umum andalannya.
Dilansir TribunJabar.id dari Kompas.com, Senin (25/3/2019), ternyata warga Jakarta sudah menanti selama kurang lebih 34 tahun sampai bisa menikmati MRT itu.
Sejati, ide pembangunan MRT Jakarta ini sudah dicetuskan oleh BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1985.
Singkat cerita, pada era kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lah rencana pembangunan MRT Jakarta dijadikan proyek nasional.
Hingga hari ini, MRT Jakarta sudah beroperasi dan dinikmati warga Jakarta.
Masih menurut Kompas.com, di Jakarta ternyata sebelumnya sudah ada transportasi publik yang sama-sama melintas di rel.
• Penampakan MRT Jakarta Luar Dalam, Gratis Sampai 31 Maret, Ini 13 Stasiun Sekaligus Rutenya
Transportasi publik yang dimaksud adalah KRL (Kereta Rel Listrik) dan LRT (Light Rapid Transit).
Lalu, apa perbedaan antara MRT, KRL, dan LRT?
MRT adalah sebuah transportasi publik berbentuk kereta yang jumlah gerbongnya biasanya ada enam.
Dengan jumlah gerbong itu, MRT akan berkapasitas 1.900 penumpang.
Lantaran tan melewati perlintasan sebidang, MRT biasanya memeiliki waktu tempuh yang lebih cepat.
Tak hanya itu, MRT juga tidak akan bentrok dengan KRL atau kereta jarak jauh.
Pasalnya, MRT akan melintas di rel layang dan bawah tanah.
Berkat kondisi tersebut, frekuensi keberangkatan MRT juga memungkinan untuk tiap 5-10 menit.
Adanya MRT pun ternyata tidak akan menghambat laju kendaraan di jalan raya, karena membuat palang pintu perlintasan rel tidak lebih sering tertutup dibandingkan saat ini.
Lalu, seperti apa itu LRT?
LRT adalah transportasi publik berbentuk kereta yang konsepnya mirip dengan MRT.
Namun, jumlah gerbong LRT lebih sedikit.
• Ganti Presiden 5 Kali Indonesia Baru Punya MRT, Begini Sejarahnya Sampai Diresmikan Presiden Jokowi
LRT di Jakarta disebut akan berjumlah 2-4 gerbong dengan kapasitas 600-an penumpang.
Perbedaan lainnya dari MRT adalah, jalur yang dilintasinya.
LRT hanya hanya melewati jalur layang, tidak melintasi jalur bawah tanah.
Dilansir TribunJabar.id dari laman resmi LRT Jabodebek, Senin, sudah ada progres pembangunan LRT Jabodebek di Januari 2019.
"Laporan progres LRT Jabodebek sampai dengan awal tahun 2019 sudah mengalami kemajuan, pada lintasan Cawang-Cibubur progres pembangunan telah mencapai angka 76.210%. Untuk lintasan Cawang-Dukuh Atas progresnya dilaporkan sudah mencapai 44.186%. Selanjutnya pada lintasan Cawang-Bekasi Timur progresnya mencapai 51.060%."
"Dari keseluruhan progres tahap 1, total pencapaian pengerjaan LRT Jabodebek di bulan Januari 2019 sudah mencapai 56.409%," tulis laman resmi LRT Jabodebek.
Kemudian, untuk KRL, bedanya dengan LRT dan MRT, adalah dari jumlah penumpang yang bisa diangkut.
Per rangkaian keretanya, KRL bisa bisa menampung lebih dari 2.000 penumpang.
Pasalnya, satu rangkaian KRL berjumlah 8-10 gerbong.
Jalur lintasan KRL pun berada di atas tanah, dan sebagian besar berupa perlintasan sebidang.
Di Jakarta, hanya rute Manggarai-Stasiun Kota yang dilewati jalur layang bukan perlintasan sebidang.