3 Mahasiswa Unpad Bunuh Diri, Rektor Unpad dan Kemenristekdikti: Tantangan Jaman Lebih Besar
"Melihat latar belakang akademik bersangkutan justru IPK-nya 3,88. Latar belakang ekonominya juga tidak ada masalah," ujar Tri Hanggono Achmad usai ac
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rektor Universitas Padjadjaran, Tri Hanggono Achmad, menanggapi tiga kasus bunuh diri yang menimpa mahasiwanya dalam waktu tiga bulan terakhir.
Tri Tri Hanggono Achmad mengatakan bahwa masalah akademik mahasiswa tidak bisa menjadi tolok ukur penyebab seseorang bunuh diri.
Melihat kasus AH, yang bunuh diri pada Jumat (8/3/2019), kata Tri Hanggono Achmad, tidak ada hubungannya dengan masalah akademik.
"Melihat latar belakang akademik bersangkutan justru IPK-nya 3,88. Latar belakang ekonominya juga tidak ada masalah," ujar Tri Hanggono Achmad usai acara Seminar Nasional di ISBI Bandung, Selasa (12/3/2019).
Tri Hanggono Achmad mengungkapkan pihaknya sudah menyadari kasus yang menimpa beberapa mahasiswanya tersebut.
Menurutnya, kasus serupa juga telah terjadi sebelumnya.
"Begitu tantangan kuat, daya tahan mahasiswa tidak sekuat yang dulu," ujarnya.
• IPK Mahasiswa Unpad yang Bunuh Diri Capai 3,88, Dua Pendahulunya pun Tak Punya Masalah Akademis
• Tiga Kasus Bunuh Diri Terjadi dalam 3 Bulan, Unpad Imbau Mahasiswanya Salurkan Masalah ke Institusi
Saat ini tantangan yang dihadapi generasi milenial jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Risiko generasi sekarang dengan tantangan semakin kompleks sehingga daya tahan harus semakin diperkuat.
"Siapa yang bisa menduga dengan latar belakang tadi. Anak-anak dulu kalau gagal masih bisa survive, karena tingkat persaingan luar biasa," ujarnya
Untuk itu, Tri Hanggono Achmad mengatakan bahwa hubungan antara mahasiswa, dosen, dan lingkungan sekitarnya sangat penting untuk mencegah terjadinya bunuh diri.
Ia juga sedang mengembangkan program konseling untuk mahasiswa. Dalam program tersebut, diharapkan dosen dapat berinteraksi dengan mahasiswa.
Sementara itu, hal serupa juga disampaikan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Ismunandar.
Ia mengatakan bahwa tantangan mahasiswa saat ini adalah membangun interaksi yang kuat, baik antar mahasiswa, dengan dosen, atau lingkungan sekitarnya.