Debat Kedua Pilpres 2019
Apa Itu Unicorn? Jokowi Sempat Bertanya saat Debat Capres, Prabowo Tampak Bingung Tak Tahu Artinya
Seteelah mendengar pertanyaan dari Jokowi itu di debat capres, Prabowo tampak terlihat bingung.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Capres nomor urut 01 Jokowi dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto telah selesai beradu argumen dan program dalam debat capres kedua, Minggu (17/2/2019) malam di Jakarta. Ada salah satu hal yang masih diperbincangkan dari debat capres itu, yaitu soal unicorn.
Ungkapan unicorn ini muncul saat Jokowi bertanya kepada Prabowo Subianto saat debat capres.
Capres nomor urut 01 Jokowi bertanya kepada capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat debat capres mengenai, "bagaimana cara mendukung perkembangan startup unicorn di Indonesia?".
Seteelah mendengar pertanyaan dari Jokowi itu di debat capres, Prabowo tampak terlihat bingung.
"Unicorn itu apa? maksud bapak yang online-online itu?," ujar Prabowo menimpali.
Lantas, apa yang dimaksud dengan unicorn yang dimaksud oleh Jokowi?
Dilansir Tribun Jabar dari Marketeers.com, unicorn adalah satu di antara beberapa istilah dalam dunia startup.
Kendati demikian, tak dapat dipungkiri, istilah startup sendiri masih diperdebatkan maknanya.
• Tagar #JokowiBohongLagi jadi Trending Topic Twitter, Singgung Ucapan Jokowi soal Kebakaran Hutan
Pertama, ada pihak yang memaknai startup sebagai perusahaan rintisan.
Jadi, apapun bidangnya, jika usahanya masih terbilang baru bisa disebut startup, tak mesti bergerak di bidang teknologi.
Kedua, ada pula yang memaknai startup sebagai perusahaan berbasis teknologi.
Baik yang masih baru atau sudah beroperasi lama, pihak yang sepakat dalam pengertian ini, akan menyebut perusahaan tersebut sebagai startup.
Jika mengacu pada pengertian ini, Google yang sudah ada sejak lama bisa disebut startup.
Begitu pula yang masih relatif baru seperti GO-JEK, Tokopedia, serta MatahariMall.com.
Ketiga, startup juga dapat dimaknai dari cara berpikir perusahaannya.
Makna startup ini diungkapkan oleh influencer Rene Suhardono.
“Kalau perusahaan tersebut tidak pernah berhenti berinovasi, selalu menghasilkan sesuatu yang baru, artinya cara berpikirnya selalu seperti perusahaan baru, itulah startup,” ujarnya, dikutip Tribun Jabar dari Markeeters.com, Senin (18/2/2019).
• Pengamat Nilai Prabowo Kekurangan Ide Baru di Debat Kedua Pilpres 2019
Akhirnya, istilah-istilah di sektor startup juga berkembang akibat banyaknya bertebaran perusahaan berbasis teknologi.
Satu di antaranya adalah mengenai kasta, level, atau definisi besar atau kecilnya sebuah startup, seperti yang paling populer adalah unicorn sampai ada juga istilah cockroach.
Nah, unicorn sering dianggap sebagai kasta tertinggi sebuah startup.
Perusahaan teknologi yang sudah berstatus unicorn ini skalanya besar dan punya parameter valuasi.
Sebuah perusahaan teknologi bisa disebut unicorn jika memiliki valuasi menembus angka US$1 miliar atau sekitar Rp 13,1 triliun.
Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis.
Untuk di Indonesia, ada empat perintis unicorn startup yang mulai dilirik oleh para investor asing dengan valuasi di atas USD 1 Miliar (Rp 13,8 triliun) di antaranya yaitu Tokopedia dengan valuasi sebesar Rp 50 triliun, Gojek dengan valuasi sebesar Rp 40 triliun, Traveloka dengan valuasi sebesar Rp 26 triliun serta Bukalapak dengan valuasi sebesar Rp 15 triliun.
Kendati demikian, memang definisi unicorn ini masih jadi perdebatan.
Para pelaku startup juga memaknainya secara berbeda-beda.
“Buat saya parameter US$1 miliar sudah tidak relevan lagi, karena itu kan dulu sekitar satu dekade lalu ketika Google valuasinya menembus angka segitu. Kalau sekarang ada perusahaan berbasis teknologi yang bisnisnya digunakan di seluruh dunia, itu baru namanya unicorn,” ujar Chief Marketing Officer GDP Venture Danny Oei di Jakarta beberapa waktu lalu.
Jika mengacu para pengertian Danny, maka selain Google, perusahaan lain seperti Facebook dan Apple juga termasuk unicorn.
Selain sudah digunakan di mana-mana, valuasinya juga sudah terlampau raksasa dikejar.
Danny mengatakan, untuk perusahaan yang sudah menembus valuasi US$1 miliar namun belum digunakan di mana-mana dan hanya di satu negara atau beroperasi regional saja, dia menyebutnya sebagai "kebo".
Pengertian populernya, uncorn memang hewan fantasi berupa kuda yang memiliki tanduk di kepalanya.
Artinya, startup berstatus unicorn memiliki bisnis yang sudah diawang-awang.
Perusahaan yang berstatus unicorn sulit disaingi oleh perusahaan lain.
Sebagai contoh perusahaan Google, Apple, dan Facebook dianggap sulit disaingi karena mereka melesat membesar meninggalkan yang lain.
Maka, jika mengacu pada pengertian Danny, maka GO-JEK, Tokopedia, Traveloka, sampai pemain regional seperti Grab dan Shopee masih dalam status kebo.
Wwalau sebenarnya sudah menembus valuasi unicorn, produk dan layanannya belum digunakan di seluruh dunia.
“Filosofinya jangan dilihat bahwa kebo itu lambat dan kotor. Tapi mereka itu badan besar dengan daya tahan hidup tinggi, dan kebo kan hewan yang riil ada betulan, belum sampai tahap ngawang-ngawang. Mereka yang masuk kategori tersebut juga secara bisnis memang belum sampai tahap tersebut. Bisnisnya besar tapi belum digunakan dan me-wow-kan dunia,” ujar Danny.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-jokowi-prabowo-dan-unicorn.jpg)