Pilpres 2019
Adik Prabowo Subianto Blak-blakan Mengenai Jokowi, Awal Pertemuan dan Penyesalannya Pernah Mendukung
Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra itu pembiayaan kampanye Jokowi berasal dari kantong pribadinya.
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Adik kandung Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo membantah klaim Jokowi yang dalam debat perdana menyebut pencalonannya di Pilgub DKI 2012 lalu tidak mengeluarkan biaya.
Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra itu pembiayaan kampanye Jokowi berasal dari kantong pribadinya.
Hashim Djojohadikusumo mengaku sangat menyesal mengusung Jokowi di Di Pilgub DKI lalu. Apalagi kemudian Jokowi tidak berkomitmen pada jabatannya tersebut saat terpilih.
"Sangat dong, sangat menyesal. Modal engga, balikin engga. Ya bagaimana, saya orang biasa kan. orang datang ke saya minta bantuan minta dukungan, saya tanpa pamrih saya dukung beliau, dengan harapan beliau bisa beretika lah," kata Hashim Djojohadikusumo di Media Center Prabowo Subianto-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin malam, (21/1/2019).
Hashim Djojohadikusumo pun bercerita mengenai awal pertemuannya dengan Jokowi. Menurutnya ia bertemu saat Jokowi masih menjabat Walikota Solo.
Saat itu ia sedang menjalani sidang kasus arca. Ia dituding tidak mendaftarkan sejumlah arca ke pihak berwenang.
"Saya waktu itu di solo seingat saya itu November 2008, waktu itu saya menjadi seorang terdakwa kasus konyol, itu kasus arca. Saya dituduh tidak mendaftarkan sejumlah arca, Kemudian saya bisa membuktikan bahwa itu tidak benar saya sudah mendaftarkan arca itu dan saya dinyatakan tidak bersalah," kata Hashim Djojohadikusumo.
Usai menjalani sidang ke dua, ia diundang oleh Jokowi melalui pengacaranya Nikolay. Ia diberitahu oleh pengacaranya bahwa Walikota Solo ingin bertemu.
"Lawyer penasehat saya, bilang pak Hashim Djojohadikusumo ada walikota solo mau ketemu pak Hashim Djojohadikusumo, namanya joko Widodo tapi nama populernya Jokowi, dia mau ketemu silaturahmi dan ada paparan, " tuturnya.

Keesokan harinya setelah sidang, ia pun menemui Jokowi di rumah dinas Walikota Solo. Jokowi kemudian memaparkan kinerjanya selama menjadi walikota, salah satunya proses relokasi PKL tanpa penggusuran.
"Beliau waktu itu paparan 3 jam sukses beliau sebagai walikota sampai 2008, dan paparan itu begitu meyakinkan, katanya pindahkan PKL dari Banjarsari bisa dipindahkan secara damai dan secara adem, setelah ketemu 54 kali beliau meyakinkan mereka (PKL)," tuturnya.
Dari paparan tersebut ia kemudian menilai Jokowi baik dalam memimpin Solo.
Dari situ Hashim Djojohadikusumo kemudian berteman dan menjadi pendukung Jokowi.
Menurut Hashim Djojohadikusumo, Prabowo Subianto lah yang kemudian meyakinkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengusung Jokowi sebagai Gubernur DKI berpasangam dengan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dari Gerindra.
Megawati perlu diyakinkan karena awalnya menolak Jokowi dan lebih memilih mengusung petahana, Fauzi Bowo (Foke).
Saat itu PDIP dan Gerindra masih berhubungan baik, sama sama menjadi oposisi pemerintah.
Hashim Djojohadikusumo mengatakan bahwa diskusi Prabowo Subianto dan Megawati sangat alot dalam menentukan siapa yang diusung di Pilgub DKI.
Karena keinginan Megawati mengusung Foke sangat kuat.
Apalagi ditambah saat itu Jokowi tidak memiliki uang untuk maju di Pilgub DKI.
Saat itu Pak Prabowo Subianto melihat pak Jokowi sosok seorang kepala daerah yang jujur, yang baik, dan itulah yang perlu untuk memikirkan Jakarta. Dan pak Prabowo Subianto merasa Jakarta perlu seorang pemimpin yang baru. Waktu itu agak alot, beberapa kali pak Prabowo Subianto ketemu ibu Megawati, pernah di Lenteng Agung, beberapa kali dan dihadiri beberapa kali petinggi PDIP," katanya.
Setelah menjadi Paslon di Pilgub DKI bersama Ahok, Jokowi pun menurut Hashim Djojohadikusumo rutin menemuinya untuk membicarakan masalah pendanaan kampanye.

Ia pun memutuskan membantu mendanai kampanye. Jokowi pun menurut Hashim Djojohadikusumo pernah mengakui di salah satu media cetak 2014 lalu bahwa pendanaan kampanyenya dibantu, meski jumlah bantuan dana yang diakui Jokowi keliru.
Hashim Djojohadikusumo enggan menyebut berapa miliar dana yang digelontorkan untuk kampanye Jokowi itu. Ia menyebut jumlahnya cukup besar.
"Jadi saya heran bila beliau (Jokowi) menyebut tidak menggunakan dana sepeser pun di Pilgub DKI," kata Hashim Djojohadikusumo.
Hashim Djojohadikusumo mengaku tidak meminta proyek apapun kepada Jokowi saat memutuskan menyokong dana kampanyenya di Pilgub DKI.
Ia hanya minta Jokowi kerja dI Jakarta selama lima tahun bila terpilih nanti.
"Saya tidak minta proyek tidak minta apa-apa. Kemudian ketika dia sudah jadi gubernur saya minta saya jadi pengawas Ragunan di situ karena saya sangat cinta dengan satwa liar dan binatang. Tapi kalau bisnis dan proyek saya engga pernah minta dan beliau tidak pernah janji," katanya.(*)