Kisah Bangsawan Sadis Elizabeth Bathory, Mandi Darah Perawan Agar Awet Muda, Korbannya 612 Orang
Elizabeth Bathory, bangsawan sadis yang mengincar darah perawan untuk air mandinya. Ia terobsesi awet muda
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Widia Lestari
TRIBUNJABAR.ID - Bangsawan Transylvania Elizabeth Bathory dinobatkan sebagai wanita pembunuh dengan korban terbanyak versi Guinness Book of Record.
Aksi sadisnya itu terhembus setelah salah satu gadis perawan yang menjadi korbannya melarikan diri.
Elizabeth Bathory de Ecsed lahir pada tahun 1560. Elizabeth Bathory merupakan bangsawan yang berasal dari Kerajaan Hungaria.
Melansir dari Intisari yang mengutip dari National Geographic, Elizabeth Bathory keturunan keluarga tertua dan terkaya di Transylvania.
Bahkan, sepupunya, Stefan Bathory adalah Raja Polandia.
Di usia yang masih beli, yakni 15 tahun, Elizabeth Bathory menikah dengan Ferenc Nadasdy, putra bangsawan Eropa.
Mereka tinggal di Kastil Csejte yang merupakan hadiah pernikahan Elizabeth Bathory dari suaminya, Ferenc Nadasdy.
• Masih Ingat Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi? Penjaga Kos: Ada yang Lihat Arwah Korban Gentayangan
Tiga tahun setelah menikah, Ferenc Nadasdy diangkat menjadi kepala komandan pasukan Hungaria dan ditugaskan terjun ke medan perang melawan Ottoman.
Ferenc Nadasdy begitu sibuk mengurusi perang hingga ia tak punya banyak waktu untuk menemani Elizabeth Bathory.

Setelah pernikahan mereka menginjak usia 10 tahun, Elizabeth Bathory masih belum dikaruniai anak.
Pada tahun 1958, Elizabeth Bathory akhirnya melahirkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan.
Anak perempuan tersebut ia beri nama Anna.
Sembilan tahun berikutnya, Elizabeth Bathory kembali melahirkan dua anak perempuan dan dinamakan usula dan Katherina.
Dan pada tahun 1958, Elizabeth Bathory melahirkan putra pertama yang diberi nama Paul.
Dua tahun setelah kelahiran Paul, Ferenc Nadasdy meninggal pada usia 51 tahun.
Penyebab kematiannya tidak diketahui secara pasti.
Ada yang menyebutnya karena penyakit atau luka akibat peprangan.
Tak lama dari kematian Ferenc Nadasdy, muncul isu Elizabeth Bathory melakukan pembunuhan berantai.
Akibat rasa ketakutannya akan terlihat tua dan bertambah usia, Elizabeth Bathory yang saat itu berusia 40 tahun melakukan ritual mandi darah wanita perawan.
Awalnya, pelayan tengah menyisir rambut Elizabeth Bathory namun melakukan kesalahan.
Rambut Elizabeth Bathory tak sengaja tertarik.
Tak terima dengan perlakuan pelayannya, Elizabeth Bathory menampar pelayan itu hingga berdarah.
Darah tersebut mengenai tangannya, ia segera berpikir bahwa darah tersebut justru memberinya kesegaran dan menjadi awet muda.
Atas kejadian tersebut, aksi kejam Elizabeth dimulai.
Awalnya Elizabeth Bathory membunuh pelayan-pelayan di kastilnya, kemudian anak-anak petani setempat.
Tanpa ragu-ragu, Elizabeth mengundang gadis perawan dikirim ke kastilnya dengan motif belajar etika dan sopan santun.
Bahkan Elizabeth membuat lowongan kerja fiktif bagi gadis-gadis desa agar mau datang ke kastilnya.
Setelah masuk perangkap, para gadis perawan itu disiksa sampai mati.
Elizabeth Bathory menggigit, memukul, membakar, memutilasi, hingga membiarkan korban kelaparan sampai mati.
Darah-darah dari gadis perawan itu dikumpulkan dalam sebuah ember dan dituangkan ke dalam kolam.
Darah tersebut digunakan Elizabeth Bathory untuk mandi.
Elizabeth Bathory hanya menggunakan darah perawan. Ia meyakini darah perawan dapat menjadikannya awet muda.
Agar tek mencurigakan, Elizabeth Bathory memakamkan para korban dengan prosesi pemakaman secara layak.
Namun, taktik ini tak bertahan lama karena jumlah korban semakin banyak.
Terlebih pendeta menolak untuk melakukan tugasnya karena gadis-gadis yang meninggal itu ditutupi penyebab kematiannya.
Elizabeth Bathory mengancam para pendeta agar tak menyebarkan aksi kejamnya.
Ia mencari cara lain untuk membuang para korban, Elizabeth membuangnya secara asal di beberapa tempat, seperti sungau di belakang kastil, ladang, kebun sayur, dan tempat lainnya.
Namun, aksi Elizabeth Bathory akhirnya terbongkar setelah salah satu korban melarikan diri dan menceritakan kepada pihak berwenang apa yang sebenarnya terjadi di dalam kastil.
Kemudian, Raja Matyas dari Hungaria memerintahkan sepupu Elizabeth, Gyorgy Thurzo yang menjabat sebagai gubernur itu untuk melakukan penyelidikan.
Pada 30 Desember 1610, penyelidik datang ke kastil dan melihat pemandangan mengerikan.
Di ruang utama, mereka menemukan seorang gadis yang telah mati dalam kondisi kehabisan darah.
Di ruang bawah tanah mereka menemukan beberapa gadis yang masih hidup namun dalam kondisi memprihatinkan.
Pemandangan mengerikan terlihat di bawah kastil. Sebanyak 50 wanita telah meninggal dunia.
Meski bageitu, Elizabeth mengatakan dirinya tak bersalah dan menolak untuk muncul dalam persidangan.
Dalam persidangan, seorang saksi mengatakan sekitar 37 perawan telah dibunuh sementara enam di antara mereka dijadikan pelayan.
Salah satu budak Elizabeth bersaksi bahwa sekitar 40 perawan telah disiksa dan dibunuh.
Namun, jumlah korban kebengisan Elizabeth yang sebenarnya adalah 612 perawan.
Hal tersebut diketahui dari buku harian Elizabeth yang ia catat secara lengkap.
Orang-orang yang membantu Elizabeth dalam pembunuhan 612 perawan itu dipenggal dan dikremasi.
Sementara Elizabeth tidak dihukum karena status bangsawannya.
Elizabeth hanya ditahan selamanya di dalam kastil.
Ia dibiarkan hidup di dalam sebuah kamar tanpa jendela dan hanya terdapat celah kecil sebagai tempat untuk memberi makan.
Pada 1614, Elizabeth meninggal dalam usia 54 tahun di dalam kastilnya sendiri.