Tsunami di Selat Sunda
Sejarah Terbentuknya Gunung Anak Krakatau, Bermula dari Letusan Dahsyat yang Tewaskan 36 Ribu Orang
Aktivitas Gunung Anak Krakatau diduga memicu tsunami yang menyapu wilayah di sekitar perairan Selat Sunda.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: taufik ismail
Gunung Anak Krakatau termasuk satu dari 127 gunung berapi di Indonesia yang berada dalam cincin api tersebut.
Pada masa prasejarah, terdapat Gunung Krakatau Purba yang memiliki ketinggian 2.000 meter.
Gunung Krakatau Purba meletus pada tahun 416 Masehi yang mengakibatkan 2/3 bagian Krakatau hancur dan tenggelam.
Letusan tersebut menyisakan tiga pulau kecil yang diberi nama Pulau Sertung, Pulau Rakata atau Krakatau Besar, dan Pulau Panjang atau Krakatau Kecil.

Pertumbuhan lava yang terjadi dalam kaldera Rakata membentuk dua pulau vulkanik, yaitu Danan dan Perbuatan.
Pada 26 hingga 27 Agustus 1883 terjadi letusan amat dahsyat yang mengancurkan hampir 60 persen tubuh Krakatau di bagian tengah dan terbentuklah lubang kaldera.
Letusan ini berkekuatan 21.574 kali bom atom dan letusan Krakatau terdengar hingga radius 4.600 kilometer dari pusat ledakan di Selat Sunda.
Meletusnya Krakatau diikuti dengan tsunami yang menyapu lebih dari 295 kampung di pesisir pantai barat Banten, dari Merak, Anyer, Labuan, Panimbang, Ujung Kulon, hingga Cimalaya, di Karawang, Jawa Barat.
Kawasan di selatan Sumatera pun tak luput dari gelombang tsunami akibat meletusnya Gunung Krakatau.
Lebih dari 36.000 orang menjadi korban dalam bencana besar itu.
Anak Krakatau ditandai pada 29 Desember 1927 ketika sejumlah nelayan dari Jawa menyaksikan ada uap dan abu muncul dari kaldera.

Krakatau bangun kembali setelah 44 tahun tenang. Dari Data Dasar Gunung Api Indonesia (Badan Geologi, ESDM, 2011) disebutkan, Gunung Anak Krakatau lahir 30 Januari 1930.
Puncak dengan batuan basalt muncul ke permukaan air pertama kali pada 26 Januari 1928.