Sutopo Purwo Nugroho Mengaku Mabuk dengan Pertanyaan Jurnalis, 1.182 WA dan 113 Miscall Tak Terbalas
Setelah ia merilis kabar tersebut, ia pun kembali beristirahat dan bangun, Kamis (11/10/2018) pukul 02.00 WIB.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Sebelum memulai konferensi pers tentang penangan gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, gempa di Situbondo, serta hoaks tentang meletusnya Gunung Salak, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menceritakan kesibukannya melayani pertanyaan dari wartawan sepanjang malam.
Malam sebelumnya sejak Rabu (10/18/2018) pukul 21.00 WIB Sutopo terbangun dari tidurnya karena ada yang menanyakan kabar terkait erupsi Gunung Salak yang bisa mengganggu jalur penerbangan.
Kabar tersebut berasal dari informasi satelit Himawari yang kemudian dilanjutkan oleh Darwin Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) pada Rabu (10/10/2018).
Setelah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber termasuk pengamatan langsung, akhirnya disimpulkan bahwa berita tersebut tidak benar dan kondisi Gunung Salak masih dalam keadaan normal.
"Jam 21.00 saya bangun, bingung, semua menanyakan tentang gunung Salak yang meletus itu loh. Wah itu kalau meletus berat. Saya cari kemudian saya riliskan," kata Sutopo sambil terengah-engah di Graha BNPB Jakarta Timur pada Kamis (11/10/2018).
Setelah ia merilis kabar tersebut, ia pun kembali beristirahat dan bangun, Kamis (11/10/2018) pukul 02.00 WIB.
Ia terbangun karena banyak telepon masuk yang menanyakan soal gempa di Situbondo, Jawa Timur bermagnitude 6,3 skala richter.
Kemudian ia kembali mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan merilis pukul 04.00 WIB.
Sejak itu, ia pun harus melayani berbagai media TV yang ingin wawancara via telpon dengannya terkait gempa Situbondo.
Lalu, ia pun harus melayani banyak wartawan yang menanyakannya terkait hal-hal selain gempa di Situbondo.
Mulai dari acara doa bersama di Palu, perpanjangan masa tanggap darurat, jumlah korban hilang, soal kelangsungan acara IMF di Bali usai gempa di Situbondo, risk financing yang sedang dibahas di acara tersebut, relawan asing, up date kebakaran hutan dan penangannya serta permintaan wawancara dari sejumlah media.
"Mabuk saya. Sampai akhirnya di handphone saya itu 1.189 WA belum sempat saya baca. Misscall ada 113," kata Sutopo.
Puluhan wartawan yang berada di depannya pun terkesima.
Setelahnya, ia kemudian mengatakan kalau ia harus melakukan persiapan kemoterapi untuk kanker paru-paru atadium 4B yang dideritanya di sebuah rumah sakit.
Ia pun meminta maaf karena ridak bisa melayani konferensi pers seperti biasanya pada Jumat (11/10/2018).
Namun, ia tetap akan mengupdate informasi terkait penanganan bencana dengan rilis lewat pesan Whats App.
Ia mengatakan, itu karena kemoterapi yang dijalaninya membuatnya mual, muntah, pusing, dan rambutnya rontok.
"Biasanya kalau kemo, tiga hari setelah kemo mabuk udah. Mual, muntah, pusing, rambut tambah rontok," kata Sutopo.
Kemudian ia pun melanjutkan pemaparannya terkait penanganan gempa dan tsunami di Palu dan gempa di Situbondo.
Sambil sesekali meringis menahan sakit, ia mengatakan Kepulauan Sapudi adalah lokasi yang terdampak paling parah akibat gempa berskala 6,3 skala richter di Situbondo.
Itu karena Kepulauan Sapudi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur tersebut terletak paling dekat dengan lokasi pusat gempa yang berada di laut Situbondo dengan kedalaman 12 km.
"Tiga orang meninggal dunia, semua sudah teridentifikasi karena tertimpa tembok runtuh. Karena kejadiannya pada dini hari sehingga korban kemungkinan saat itu sedang tidur," kata Sutopo.
Ia melanjutkaan, akibat gempa tersebut delapan orang luka-luka di Kecamatan Gayam, Sumenep.
Terdapat 51 unit rumah, 2 fasilitas kesehatan, 8 fasilitas pendidikan, 7 tempat ibadah, 1 gedung, dan 1 kantor rusak.
Untuk rinciannya, 25 unit rumah rusak dan 1 tempat ibadah rusak di Sumenep.
Sejumlah 8 unit rumah rusak, 2 fasilitas pendidikan, 2 tempat ibadah dan 1 gedung toko rusak di Situbondo.
Di Kabupaten Jembrana, Bali ada 16 rumah, 6 fasilitas pendidikan, 4 tempat ibadah, dan 1 kantor rusak.
Sedangkan di Jember, Jawa Timur ada dua unit rumah rusak.
Gempa tersebut juga dirasakan di 22 kabupaten/kota di Jawa Timur, tiga kanupaten/kota di Bali, dan dua kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.