Terpopuler Persib
Umuh Muchtar Sebut Sanksi dari PSSI Tergesa-gesa: Saking Inginnya Menghancurkan Persib Bandung
Idealnya, sambung Umuh, tim pencari fakta atau Komdis PSSI memanggil pemain atau panitia pertandingan untuk dimintai keterangan.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurrahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Manajemen Persib Bandung belum memutuskan stadion mana yang akan dipakai untuk pertandingan melawan Madura United, pada Selasa 9 Oktober 2018 nanti.
Saat ini, manajemen masih berupaya mengajukan banding kepada Komite Disiplin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI), terkait sanksi yang diberikan kepada Maung Bandung.
Dalam putusan Komdis, Persib dilarang menggelar pertandingan kandang di Bandung.
Sebagai gantinya pertandingan kandang harus dilakukan di luar Pulau Jawa (Kalimantan), tanpa penonton sampai akhir musim kompetisi 2018 dan pertandingan kandang tanpa penonton di Bandung, sampai setengah musim kompetisi musim 2019.
"Belum ada keputusan kita mau main di mana, kita kan lagi banding. Sebelum ada putusan banding harusnya jangan dulu main. Tunggu sampai ada keputusan yang benar. Jangan macam-macam ya ini aneh, semua bilang ini gila, banyak keganjilan," ujar Manajer Persib, Umuh Muchtar saat ditemui di Stadion Si Jalak Harupat Soreang, Kabupaten Bandung, kemarin.
Umuh mengatakan, pihaknya tidak akan pasrah menerima semua sanksi yang diberikan Komdis PSSI. Saat ini manajemen sedang menempuh langkah banding kepada Komdis PSSI. Sebab, banyak putusan sanksi yang dinilai janggal dan sangat merugikan tim.
"Sangat dirugikan, bukan Persib saja tapi orang Jawa Barat, bobotoh sangat dirugikan. Sudah masuk (surat banding), hari ini paling telat harus sudah masuk," katanya.
Dari sembilan sanksi, ujar Umuh, ada beberapa yang ganjil salah satunya tentang tuduhan adanya sweeping sebelum pertandingan Persib melawan Persija.
Menurut Umuh, tuduhan tersebut tidak bisa diterima lantaran tidak ada bukti apapun.
"Ini kan fitnah, katanya ada sweeping, di mana? itu urusan bobotoh. Harus jelas kalau ada sweeping, tempat dan waktunya. Kalau yang meninggal kan sudah jelas tempatnya. Orang tua Rangga (Bobotoh yang menjadi korban meninggal) sampai sekarang juga masih kelimpungan, tapi tidak ada keadilan dan kejelasan soal kasusnya," ucapnya.
Umuh menilai sanksi yang diberikan kepada Persib sangat tergesa-gesa. Idealnya, sambung Umuh, tim pencari fakta atau Komdis PSSI memanggil pemain atau panitia pertandingan untuk dimintai keterangan.
Namun hal itu tidak pernah dilakukan baik oleh tim pencari fakta ataupun Komdis PSSI.
"Ya, ini saya bilang, ini sanksi yang tidak berdasar. Dasarnya apa mereka kasih sanksi seperti ini. Investigasinya yang jelas, ini kan terlalu tergesa-gesa, aneh yah. Ini harus ada kejelasan dulu, semua berkumpul dan pelakunya yang akan dihukum juga dipanggil untuk dimintai keterangan)," katanya.
Jika banding yang dilakukan manajemen tidak membuahkan hasil, Umuh memiliki kecurigaan ada orang dalam dari PSSI yang ingin menghancurkan Persib.
"Carilah keadilan yang benar jangan karena nafsu, karena saking inginnya menghacurkan Persib, saking nafsunya untuk membubarkan Persib. Karena mungkin tahun ini seharusnya bukan Persib yang juara, seperti itu kan. Mungkin karena Persib tidak terprediksi sama mereka, ternyata Persib naik, mereka kaget, itu saja kecurigaan saya," ucapnya.