Kisah Intelijen Kopassus, Saat 13 Tahun Serbu Markas Jepang, Siap Menyusup ke Tentara Belanda
Kejadian tersebut berawal ketika Benny Moerdani bergabung dengan massa yang menyerang Kempeitai (polisi rahasia jepang).
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Yudha Maulana
TRIBUNJABAR.ID - Indonesia memiliki intelijen handal yang lahir atas binaan Kopassus.
Ia adalah Leonardus Benjamin Moerdani atau lebih dikenal dengan nama Benny Moerdani.
Benny Meordani lahir di Cepu pada 2 Oktober 1932.
Ia merupakan anak ketiga pasangan Raden Gerardus Moerdani Sosrodirdjo dan Jeanne Roech.
Benny Moerdani dan keluarganya tinggal di Solo.
Adik Benny, Sri Noerna, menceritakan kakaknya sering dihukum oleh sang ayah.
Melansir dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap (2018), Benny Moerdani sempat 'kabur' berbulan-bulan karena takut dimarahi ayahnya.
Kejadian tersebut berawal ketika Benny Moerdani bergabung dengan massa yang menyerang Kempeitai (polisi rahasia jepang).
Padahal saat itu, usia Benny Moerdani masih 13 tahun.
"Saya kepepet dan ikut-ikutan nyerbu. Waktu keadaan reda, saya sadar bahwa saya ada di halaman markaas itu, memegang senjata Arisaka, bedil buatan Jepang," kata Benny Moerdani saat diwawancarai pada Desember 1988.
Kemudian, Benny memutuskan untuk mengikuti rombongan orang yang berbaris membawa senjata.
• Benny Moerdani Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution, Rela Tangkap Komandan Sendiri
Benny yang masih duduk di kelas 1 SMP Negeri IV Banjarsari itu menginap di sebuah asrama.
Sekitar enam bulan, ia ikut barisan pemuda tersebut.
Keberadaan Benny belum diketahui ayahnya.
Gerardus Meordani mencari-cari anaknya yang sudah 'menghilang' berbulan-bulan.
Sang ayah menanyai teman-teman Benny mengenai keberadaannya.
Akhirnya, ia bisa menemukan Benny dan membujuknya agar mau pulang.
"Setelah pulang, saya terus masuk Tentara Pelajar, yang waktu itu sudah terbentuk. Enam bulan sekolah, enam bulan dikirim ke front. Begitu terus sampai saya kelas 1 atau 2 SMA," ucap Benny.
Benny Moerdani bergabung di Rayon I Sub Wehrkreise (SWK) 106 Arjuna yang dipimpin Mayor Achmadi.
Bersama pasukan Brigade V/Panembahan Senopati yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi, mereka menyerang Belanda.
Benny Meordani hampir kehilangan nyawanya saat berhadapan dengan pasukan Belanda.
Pada 21 Desember 1948, Belanda menyerbu Solo.
• Benny Moerdani Membangkang Enggan Dilatih Komandan Pertama Kopassus, Ini Alasannya
Saat itu, pasukan Tentara Pelajar tengah beristirahat di simpang empat Kampung Sekarpace, 400 meter ke arah barat dari tanggul Bengawan Solo.
Tiba-tiba sebuah Bren Carrier atau sebuah tank bertengger di atas tanggul dan memuntahkan peluru.
Salah satu peluru itu mengenai ujung senapan Benny.
Wajahnya luka terkena serpihan akibat benturan peluru tersebut.
Saat itu Benny masih berumur 16 tahun.
Ia seketika pingsan dan kemudian diselamatkan oleh teman-temannya dari gempuran armada Belanda.
Kejadian tersebut tak membuat tekad Benny untuk melanda menjadi ciut.
Justru Benny dikenal sebagai pemuda yang berani.
Berkat kemampuannya yang fasih berbahasa Belanda, Benny Moerdani diterjunkan sebagai mata-mata.
Saat ia berusia 17 tahun, Benny disusupkan untuk mencuri dengar pembicaraan tentara Belanda.
Benny Meordani terpilih menjadi salah satu tentara perintis Batalion 120 di kesatuan Tentara Pelajar.
• Pasukan Kopassus Sukses Pukul Mundur Belanda Berkat Strategi Kucing-kucingan Benny Moerdani
• Ada Jenderal Penyusup di Balik Operasi Kopassus Tumpas Pembajak Pesawat DC 9 Woyla, Siapa Dia?
Batalion tersebut tak main-main, hanya orang pilihan yang bisa masuk.
Salah satu kelebihan batalion itu adalah kemampuan melakukan tembakan jitu.
Ketika perang berakhir, Benny Moerdani mendaftar ke angkatan udara, laut, dan darat.
Benny Moerdani memilih tawaran melanjutkan pendidikan di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat di Bandung.