Kisah Operasi Rahasia Pasukan Naga saat Pembebasan Irian Barat, Misi Mustahil Berbuah Manis

Operasi ini semula adalah hal yang mustahil. Faktanya, belum ada satu pun operasi udara yang berhasil di Papua. Tapi Benny Moerdani tak gentar.

Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
istimewa & Repro Majalah Angkasa Juli 2011
Benny Moerdani memimpin Operasi Naga dalam rangka pembebasan Irian Barat 

Seperti dilansir dari buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap (Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Majalah Tempo), pagi itu, Sabtu, 23 Juni 1962, sebanyak 213 anggota pasukan diterjunkan.

Penerjun dengan nama sandi Pasukan Naga itu lompat dari tiga pesawat Hercules.

Namun, penerjunan justru kacau balau. Para pasukan terjun ke Merauke tanpa tahu bagaimana kondisi di bawah mereka. Apalagi saat itu kondisi Papua masih gelap.

Seorang Letnan Satu Ben Mboi tergantung 10 meter dari tanah setelah menerabas cabang-cabang pohon. Ia bisa selamat setelah memotong ikatan payung dan memakai tali untuk turun.

Ben Mboi adalah salah satu anggota pasukan yang selamat, banyak dari temannya justru bernasib buruk. Mereka tewas tergantung atau terjebak di rawa.

Baca juga:

- Masih 24 Tahun, Benny Moerdani Tangkap Komandan Kopassus Gara-gara Rencana Penculikan AH Nasution

- Kisah Benny Moerdani, Intelijen Kopassus yang Sering Menghilang, Istri Tak Tahu Misi Rahasianya

Sementara itu, sang pemimpin operasi Benny Moerdani tersangkut di pohon kemiri.

Belakangan diketahui, tiga pesawat Hercules yang membawa pasukan salah memilih tempat penerjunan. Pasukan justru terjun 30 kilometer di utara titik penerjunan.

Ada sebuah sungai yang disangka Merauke ternyata itu adalah Sungai Kumbai.

"Petanya masih peta lama, buatan 1937," kata Ben Mboi dalam buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap.

Ben Mboi akhirnya bisa berkumpul dengan sembilan temannya satu hari kemudian sekitar pukul 06.00 WIT. Mereka terpisah dengan induk pasukan dan Benny Moerdani.

Di sisi lain, Benny Moerdani sudah punya pasukan sebanyak 60 orang dengan peralatan komunikasi dan cadangan mesiu yang cukup.

Benny Moerdani memimpin pasukan baret merah Kopassus yang dulu asih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat. Sedangkan Kapten Bambang Soepeno memimpin pasukan baret hijau alias Raiders 530.

Dalam buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap disebutkan, Benny mempunyai kelebihan dalam merencanakan komunikasi yang solid antarpasukan. Kapten Abdul Rachman Ramly yang ditugaskan Benny sebagai operator di Pos Komando Laha di Luar Ambon lantas menerima setiap berita yang dikirim dari Merauke.

Komunikasi tersebut berjalan baik. Setiap saat mereka bisa berhubungan untuk menyampaikan laporan atau minta bantuan tambahan, mesiu, dan logistik.

Selain dengan Abdul Rachman, Benny juga berkomunikasi dengan milisi pro-Indonesia di Papua, Labula. Tugasnya yaitu untuk menghapus jejak atau menyediakan makanan secara sembunyi-sembunyi di hutan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved