Sejak Sule Menjaga Pintu Perlintasan, Tidak Ada Lagi Korban Tersambar Kereta Api di Kampung Ini
Sebelum dilakukan penjagaan secara inisiatif, perlintas kereta api yang berada di jalan Kampung Ciherang, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupate
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Theofilus Richard
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebelum dilakukan penjagaan secara inisiatif, perlintas kereta api yang berada di jalan Kampung Ciherang, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, kerap memakan korban yang tersambar kereta api.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang penjaga pintu perlintasan kereta api, yakni Sule (72), warga Kampung Ciherang, Desa Jelegong.
Sebelum jalan tersebut, dilakukan penjagaan, beberapa kejadian nahas kerap terjadi, mulai dari pejalan kaki tertabrak hingga kendaraan roda dua maupun empat yang terseret sejauh ratusan meter.
"Beberapa kali kejadian, sampai-sampai warga sekitar banyak yang tidak mau untuk lewat ataupun beraktivitas di sekitar rel itu dan banyak yang ngomong angker," kata Sule di Kampung Ciherang, Senin (10/9/2018).
Namun keadaan berubah sejak 16 tahun lalu ketika Sule memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai penjaga pintu perlintasan kereta api.
• Takut Kakinya yang Diterkam Buaya Diamputasi, Muslim Pilih ke Dukun Sayang Malah Meninggal
• Jokowi atau Prabowo? Ustaz Arifin Ilham Yakin 2019 akan Terpilih Presiden yang Amanah
Semenjak Sule menjadi penjaga pintu perlintasan di Kampung Ciherang ini, dirinya memasangkan alat pengamanan bagi pengendara ketika ada kereta yang melintas, yakni berupa portal sederhana dari bambu.
"Portal itu dibikin, uangnya berasal dari pengendara yang melintas," kata Sule.
Pria pensiunan PT Kereta Api Indonesia (KAI) bidang pembangunan ini mengaku, semenjak ia menjadi penjaga perlintasan pintu kereta api, kecelakaan akibat kereta sama sekali tidak terjadi.
"Alhamdulillah, yang melintas juga sudah pada hati-hati," kata Sule.
Meskipun telah berusia lanjut, pria yang memiliki delapan orang anak ini, bertaruh nyawa hanya untuk memastikan setiap pengendara melintas dengan selamat.
Bermodalkan peluit, setiap ada kereta api yang melintas, ia secara sigap menutup kedua portal dan langsung menghadang para pengendara untuk segera menghentikan kendaraannya.
Setiap harinya, kakek ini berangkat menuju pintu perlintasan sejak pukul 04.00 WIB dan akan kembali ke rumah pada pukul 23.00 WIB.
"Saya mendapat rupiah dari keikhlasan para pengendara yang melintas, bukan dari pihak PT KAI. Dalam satu hari, paling banyak Rp 70 ribu. Kadang - kadang yang lewat juga ada yang ngasih rokok atau makanan," kata Sule.
• Rupiah Melemah, Harga Barang Elektronik Naik, Konsumen Menunggu Harga Turun
• Perempuan Ini Bisa Tidur sampai Dua Hari, Sering Kali Tertidur saat Makan atau Berbicara