Profil
Lika-liku Soesilo Toer, Adik Pramoedya Bergelar Doktor, Sempat Dituding PKI dan Kini jadi Pemulung
Setiap malam, setelah magrib hingga dini hari, Soesilo menjadi pemulung di wilayah perkotaan Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Yudha Maulana
"Aku tak tahu apa penyebabnya. Pemerintah bertekad membebaskan Irian Barat. Saat itu militer memegang kuasa termasuk di kantorku, hingga akhirnya aku ikut latihan menjadi sukarelawan ke Irian Barat. Jabatanku kabag distribusi dan pangkatku letnan waktu itu, tapi kenyataannya aku jenderal bintang tujuh alias pusing dengan nasib ke depannya," ujar Soes.
Singkat cerita, Soes lolos penjaringan beasiswa otoritas Rusia dan ia tak jadi ikut ke Irian Barat.
Dari sekitar 9.000 pendaftar, hanya 30 orang yang lolos, termasuk Soes. Dia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Politik dan Ekonomi University Patrice Lulumba.
"Aku tidak jadi berangkat ke Irian Barat, namun aku bebas dari pakaian hijau yang enam bulan membungkusku. Aku berangkat ke Rusia sekitar tahun 1962. Di situlah kisah hidup baruku dimulai," ujarnya.
Gara-gara lulus tanpa predikat cumlaude, Soes diharuskan mengabdi di Rusia selama dua tahun.
Ia diketahui melanjutkan pendidikan pascasarjana di Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov. Gelar PhD diraihnya dalam waktu 1,5 tahun.
Selama hidup di Rusia, Soes mengerjakan apa saja demi mendapat uang. Mulai dari penulis, penerjemah, peneliti, bahkan pekerja kasar.
Berhubung punya gelar menterang, Soes dibayar dengan gaji tinggi.
Hidup Soes bisa dibilang berangsur membaik dan bergelimang harta.
Selama saya bekerja di Rusia, duit saya banyak. Seminggu sekali makan di restoran berkelas. Saat itu, biaya hidup 1 rubel sehari di Rusia. Padahal sebulan saya kantongi 400 rubel," ujar Soes.
Pulang ke Indonesia dan Dituding PKI
Setelah 11 tahun berada di rusia (1962-1973), Soesilo akhirnya pulang ke Tanah Air.
Namun bukan kebahagiaan yang didapat, Soes malah ditangkap saat menginjakkan kaki di bandara di Jakarta.
Ia pun kemudian dijebloskan ke penjara selama enam tahun lamannya.
Entah apa dasar hukumnya, namun Soes menjelaskan, jurusan yang ditekuninya disebut masuk zona merah dan membahayakan kestabilan negara.