6 Fakta Calo Ujian Masuk Fakultas Kedokteran Unjani, Jalankan Modus dengan Peralatan Canggih

Kemudian ketika seleksi di ketiga ruang tersebut berlangsung, pengawas berhasil menangkap empat pelaku.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Yudha Maulana
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Alumnus Unjani yang jadi Wakil Kepala Staf TNI AD, Letjen TNI Tatang Sulaiman (Tengah), dan Rektor Unjani, Witjaksono (Kiri). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Praktik perjokian agar calon mahasiswa lolos seleksi masuk ke Fakultas Kedokteran terjadi di Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani) dan telah berhasil dibongkar oleh pihak kampus.

Praktik perjokian tersebut terjadi, pada 6 Mei 2018, ketika Unjani melaksanakan seleksi untuk calon mahasiswa kedokteran yang berlangsung di fakultas kedokteran ruang lima, enam dan ruang 12.

Baca: Hematnya Gaya Hidup Keluarga Kerajaan Inggris, Baju Tak Boleh Dicuci Pakai Mesin Cuci

Kemudian ketika seleksi di ketiga ruang tersebut berlangsung, pengawas berhasil menangkap empat pelaku.

Berikut 6 Fakta Terkait aksi perjokian tersebut :

1. Mahasiswa Semester 2 Terlibat

Di ruang ujian pengawas berhasil menangkap empat pelaku, satu diantaranya mahasiswa Unjani.

Sekretaris Rektor Unjani, Brigjen TNI Dedi Hernadi, mengatakan mahasiswa tersebut yakni E yang membawa kamera capture berbentuk alat tulis, namun setelah diselidiki E merupakan mahasiswa Unjani fakultas yang lain semester dua.

"Kemudian kami menangkap inisial S, R dan F karena pengawas mendengar getaran suara. Ternyata setelah diperiksa ada earphone dan handphone untuk digunakan di ruang seleksi," ujar Dedi di Kampus Unjani, Kamis (31/5/2018).

2. Sindikatnya Terbongkar

Kemudian dari hasil pengembangan mereka ternyata memiliki teman yang lain yang saat seleksi tidak tertangkap yakni A, N, S, W dan SB, mereka semua merupakan jaringan para calo.

Otak dari percaloan tersebut yakni R warga Cililin, Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan ibu kandung dari S yang tertangkap membawa earphone dan ponsel.

"Selain itu ada bosnya yakni B dan H dan kami juga menangkap T yang berperan menjadi koordinator lapangan atau yang mengawasi dilapangan," katanya.

3. Modus Operandi Ketika Calon Mahasiswa Registrasi

Modus operandi pelaku dalam mencari korban yakni ketika calon mahasiswa melakukan registrasi dengan berpura-pura menghubungi orang tua korban dengan mengaku bisa membantu untuk meluluskan masuk fakultas kedokteran Unjani.

"Upah yang ditawarkan dari kelompok ini berkisar antara Rp 200 hingga 250 juta, apabila penawaran awal ini orang tua setuju biasanya langsung diadakan pertemuan," katanya.

4. Pelaku Mengajarkan Sebuah Alat

Setelah deal, lanjut dia, pelaku mengajarkan menggunakan sebuah alat seperti earphone yang digunakan ketika masuk ruang ujian, lalu alat tersebut dipasang setelah pemeriksaan, kemudian ponsel dihidupkan.

"Menurut mereka, selama 30 menit jawaban belum dikirim karena soal dalam proses pengiriman. Soalnya dikirim dengan cara mengcapture oleh E yang tugasnya memfoto soal," katanya.

Kemudian soal dikirim ke kelompoknya untuk dikerjakan, lalu setelah 30 menit atau sekitar satu jam jawabannya dikirimkan melalui earpiece atau alat semacam earphone.

5. Mahasiswa yang Terlibat Dikeluarkan

Rektor Unjani, Mayjen TNI Witjaksono, menambahkan semua pelaku yang terlibat praktek percaloan tersebut telah diamankan di Polres Cimahi.

"Sedangkan untuk mahasiswa yang terlibat dalam praktek percaloan tersebut, pihak kampus memastikan akan mengeluarkannya karena kami memiliki kode etik," kata Witjacksono.

6. Adanya Aksi Perjokian Karena Persaingan Ketat

Fakultas Kedokteran merupakan fakultas yang paling banyak diminati, dalam setahun saja calon mahasiswa yang mendaftar sebanyak 2.500 sedangkan yang diterima hanya 150 mahasiswa.

"Jadi karena adanya persaingan yang sangat ketat itu ada yang memanfaatkan kesempatan untuk melakukan pelanggaran (percaloan)," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved