Rusuh di Rutan Mako Brimob

Mantan Teroris Bicara Rusuh di Mako Brimob: Memerangi NKRI Prestasi Tinggi, Mati Disambut Bidadari

Kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob Selasa (8/5/2018) malam itu sudah berakhir Kamis (10/5/2018) pagi tadi.

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribunnews.com/Gita Irawan
Ratusan Brimob bersenjata lengkap keluar dengan berjalan tiga baris menuju RS Bhayangkara Brimob Kelapa Dua Depok sekitar pukul 09.30 WIB pada Rabu (9/5/2018). 

Ia menilai bahwa para mantan teroris juga bisa kembali mengabdi untuk Indonesia.

Bahkan Ali mengungkapkan, banyak saudara dan temannya di lapas sudah pro NKRI dan menyadari kesalahannya di masa lalu.

Ia meminta pemerintah untuk mendorong adanya remisi atau bahkan grasi kepada saudara dan sahabatnya yang sudah menjalani hukuman penjara lebih dari 10 tahun.

“Saya yakin kalau mereka bebas akan lebih bermanfaat dan saya yakin mereka bisa dijadikan sebagai duta perdamaiaan untuk Indonesia,” ucap dia.

Setelah menjalani hukuman dan sadar, Ali mendirikan yayasan Lingkat Perdamiaan di Lamongan, Jawa Timur.

Yayasan tersebut memiliki perhatian di bidang perdamaiaan.

Salah satunya yakni dengan mendidik anak-anak, janda, serta para istri yang suaminya masih dipenjara karena kasus terorisme.

Selain itu, kini Ali aktif berbicara dalam acara diskusi atau seminar yang terkait dengan deradikalisasi.

Namun, ia mengatakan, bukan hanya kakak-kakaknya yang sudah divonis bersalah atas serangan bom Bali 1.

Banyak keluarga dan sahabatnya juga ditangkap oleh polisi.

Ali sendiri ditangkap di Mindanau, Filipina Selatan.

Dalam postingan terbarunya Ali menulis: 

Ketika rusuh antar napiter dg polisi di mako brimob hari ini Lingkar Perdamaian mengantar mantan napiter mako brimob yg baru bebas utk silaturahmi ke polres lamongan. Semuanya perlu belajar..

Teroris Rampas Senjata

Komandan Korps Brimob Inspektur Jenderal (Pol) Rudy Sufahriadi menceritakan bagaimana para napi teroris (napiter) Mako Brimob bisa mendapatkan senjata rampasan untuk melawan pihak kepolisian.

Saat ditemui di lokasi pada Kamis (10/5/2018), Rudy mengatakan bahwa senjata yang digunakan napiter untuk melawan adalah senjata yang dirazia oleh polisi dari para napiter saat pemeriksaan sebelumnya.

“Jadi senjata hasil pemeriksaan napiter belum digudangkan, itu mereka rebut kembali untuk melawan polisi, termasuk bom-bom yang diledakkan tadi pagi,” ujarnya kepada awak media.

Oleh karena itu, Rudy menceritakan bahwa pihak kepolisian sempat merobohkan tembok dengan cara diledakkan untuk mencegah napiter menggunakan bom-bom untuk melawan.

Rudy tidak menyebutkan berapa jumlah bom yang sempat berada di tangan para napiter.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved