Kisah Billy, Bayi Owa Jawa Pertama yang Lahir Caesar dan Selamat, Kakaknya hanya Berumur 2 Hari
"Hari ini baru ketahuan kelaminnya betina. Saya optimistis bayi pertama owa Jawa yang lahir caesar ini bisa sehat," kata Wahju
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Para anggota tim dari Javan Gibbon Center (JGC) dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango langsung tersenyum gembira menyaksikan Billy begitu lahapnya meminum susu yang mereka berikan, Rabu (2/5/2018).
Billy adalah owa jawa pertama yang lahir melalui operasi caesar dan selamat. Semangat Billy meminum susu menjadi pertanda bahwa metabolisme tubuhnya sudah normal.
Billy adalah anak pasangan Bobby (8) dan Jolly (12) yang dijodohkan para 2014 silam. Tahun lalu, pasangan ini juga sempat memiliki anak. Namun, anak mereka yang juga dilahirkan melalui operasi caesar gagal bertahan, dan mati saat usianya baru dua hari.
Karena baru menjalani operasi caesar, untuk menjaga kesehatannya, Jolly sebenarnya masih belum belum diperbolehkan hamil.
Kabar Terbaru Siti KDI yang Menikah dengan Pria Turki, Dia Punya Putri Kecil yang Menggemaskan https://t.co/kcowpADULB via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 3, 2018
Namun, tim yang merawat mereka rupanya kecolongan. Jolly kembali mengandung hingga terpaksa harus kembali melahirkan melalui operasi caesar, Sabtu (28/4).
"Alhamdulillah selamat. Hari ini baru ketahuan kelaminnya betina. Saya optimistis bayi pertama owa Jawa yang lahir caesar ini bisa sehat," kata Wahju Rudianto, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), di kantor TNGGP, Rabu (2/5).
Baca: Lawan Liverpool di Final Liga Champions, Real Madrid Dihantui Sejarah Mengerikan
Nama Billy, menurut Wahyu, juga diambil dari nama Bobi dan Jolly. Billy kini dalam penanganan intensif tim peneliti, yang semuanya merupakan putra bangsa, di kawasan konservasi Bodogol, Kabupaten Bogor.
Di tempat tersebut ada 20 ekor owa jawa yang dicoba dijodohkan sebelum dilepasliarkan kembali ke alam.
Wahju mengatakan, 20 owa jawa yang mendapat perawatan di Javan Gibbon Center merupakan owa yang diserahkan oleh masyarakat. Sebelum dilepasliarkan ke alam, puluhan owa itu mereka rehabilitasi. Di JGC, owa mulai dipasangkan dan ditumbuhkan kembali sifat liarnya.
"Owa ini merupakan jenis hewan yang unik karena memiliki kesetiaan yang luar biasa terhadap pasangannya. Jika pasangannya mati maka owa akan sangat sulit mencari pasangan baru," kata Wahju.
Baca: Menengok Rumah Mewah Almarhum Olga yang Kini Ditinggali Billy Syahputra, Harganya Ditaksir Rp 2M
Wahju mengatakan pasangan Bobby dan Jolly adalah owa yang sempat dipelihara oleh warga sebelum diserahkan kepada tim untuk dilepasliarkan ke alam.
"Pelepasliaran kami lakukan secara bertahap. Selama setahun lepas dari tempat rehabilitasi, owa jawa itu akan terus kami amati," katanya.
Di alam liar, menurut Wakju, setiap owa jawa mempunyai wilayah teritori seluas 15 hektare. kabar k=gembiranya, ada peningkatan jumlah yang siignifikan dari owa jawa ini dari tahun ke tahun.
Tahun 2012, populasi owa jawa diketahui hanya 310-an ekor. Tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 432 ekor. Namun, tahun ini, jumlahnya belum diketahui pasti karena masih pendataan.
Baca: Sidang Perceraian Gracia Indri-David Noah Masuki Agenda Putusan
Wahju mengatakan, hal yang paling menjadi ancaman bagi owa jawa di alam liar adalah penggarapan lahan yang akan mengurangi habitatnya dan perburuan hewan serta perdagangannya melalui internet. Untuk mengantisipasi hal itu, kata Wahju, mereka menggandeng beberapa pihak termasuk jajaran kepolisian.
"Saat ini pusat rehabilitasi owa jawa masih berada di wilayah Bodogol," ujarnya.
JGC adalah pusat rehabilitasi owa Jawa yang dikelola secara bersama antara BBTNGGP, Conservation International (CI), dan Yayasan Owa Jawa (YoJ). JGC telah berhasil memulihkan dan memasangkan owa Jawa rehabilitasi untuk dilepasliarkan di habitat alaminya. Ada 20 owa jawa telah berhasil dilepasliarkan.
Di kawasan TNGGP wilayah Cianjur, owa jawa bisa ditemui pendaki di ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut. Sifatnya yang pemalu membuat pendaki yang beruntung saja yang bisa melihat owa jawa ini.
Baca: Menangis, Susi Ferawati Jelaskan Kejadian yang Sebenarnya di CFD, Mulutnya Sempat Dijejali Lontong
Di kawasan TNGGP owa jawa biasa bergelantungan di pohon afrika. Namun tak jarang yang memakan buah dan daun dari pohon saninten dan kibangkong.
Para penjaga TNGGP mengatakan bahwa ada rentang waktu owa jawa ini memperlihatkan eksistensinya. Biasanya di pagi hari dan sore hari dengan melengkingkan suaranya yang khas.
Selain owa jawa TNGGP juga memiliki beberapa satwa prioritas konservasi lainnya yakni macan tutul dan elang jawa. Selain itu ada juga hewan lainnya yang mudah dijumpai di kaki gunung seperti surili dan lutung.
Keberadaan surili mendominasi teritorial lutung di kaki gunung. Pendaki maupun pengunjung curug bisa leluasa melihat lutung dan surili karena sifatnya yang tidak pemalu.
Lutung dan surili kerap terlihat di pohon yang tinggi di kawasan kaki gunung Gede Pangrango.(*)