Kisah Perjuangan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Tak Tamat Sekolah

Ia mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Tribun Pontianak

Akibat tulisan ini, ia ditangkap dan diasingkan ke Belanda pada 1913.

Di Belanda, ia kemudian mulai mewujudkan cita-citanya untuk memajukan kaum pribumi.

Ia ingin bangsa Indonesia memperoleh pendidikan.

Setelah pulang ke Indonesia pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara ingin mendirikan sebuah sekolah.

Ia mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian digunkannya untuk mengembangkan konsep mengajar.

Pada 3 juli 1922, Ki hajar Dewantara mendirikan sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa.

Dari sekolah inilah, ia mendapat nama Ki Hajar Dewantara.

Pemerintah Belanda sempat akan menutup sekolah ini pada 1 Oktober 1932.

Namun, rencana tersebut gagal.

Ki Hajar Dewantara gigih memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum pribumi.

Semboyan yang Masih Dipakai Hingga Kini

Semboyan Tut Wuri Handayani pasti sudah tak asing lagi ditelinga.

Tulisan Tut Wuri Handayani terpampang pada lambang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang sering disematkan pada seragam sekolah.

Lambang Kemendikbud secara resmi telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 6 September 2017, No 0398/M/1977 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013.

Melansir dari laman resmi Kemendikbud, lambang ini berbentuk bidang segi lima yang menggambarkan kehidupan Pancasila.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved