Ada Harapan Tesembunyi yang Disematkan pada Muhaimin Iskandar, Awalnya Incar Kursi Presiden

"Karena rasa rendah hati, tidak mau ngomong, saya sebutnya ini silent hope," katanya.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Tribun Jabar/Ferry Fadhlurrahman
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Senin (20/11/2017). 

TRIBUNJABAR.ID - Nama Muhaimin Iskandar identik dengan bursa Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2019.

Hal itu melakat pada diri Ketua umum PKB sejak deklarasinya sebagai Cawapres 2019.

Wajahnya terpampang pada baligo.

Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi dengan nada bercanda mengatakan baligo Muhaimin Iskandar lebih banyak dibandingkan baligo Asian Games.

Ternyata ada cerita dibalik itu semua.

Bukan tanpa sebab Nahdlatul Ulama menyodorkan nama Muhaimin Iskandar.

Politisi yang biasa dipanggil Cak Imin itu membeberkan alasannya pada acara Tompi & Glenn.

Menurut Muhaimin Iskandar, ada harapan terpendam Nahdlatul Ulama.

Mereka menginginkan satu di antara kadernya bisa menyampaikan aspirasi ke pucuk pimpinan negara.

"Pada dasarnya ada harapan terpendam. Menginginkan salah satu kadernya, ya aspirasi bisa masuk di pucuk pimpinan nasional," ujar Muhaimin Iskandar.

Harapan tersebut selama ini sudah lama terpendam atau tersembunyi.


Baca: Ini Cara Awet Muda yang Paling Hemat dan Aman, Ampuh Cegah Penuaan, Hasilnya Menakjubkan

Baca: Heboh Kapal yang Ditumpangi Bonek Dikabarkan Terbakar, Persebaya Justru Harus Telan Pil Pahit

"Karena rasa rendah hati, tidak mau ngomong, saya sebutnya ini silent hope," katanya.

Menurut Muhaimin Iskandar, harapan tersebut tertutup oleh hiruk pikuk politik.

Kemudian, ucapnya, muncul ide untuk mengusung ia sebagai Calon Presiden (Capres).

"Awalnya banyak yang mengusung saya masuk bursa Capres 2019."

Namun, karena dua alasan besar, Muhaimin Iskandar dideklarasikan jadi Cawapres.

Ia juga mempersilahkan bila ingin mempromosikan.

Namun, baligo promosi tersebut harus mendeklarasikan ia sebagai Cawapres bukan Capres.

Tompi yang hadir sebagai pemandu acara menanyakan suatu hal.

"Mengapa bisa ada silent hope? Apakah karena dulu lebih keras dan sekarang demokrasi lebih terbuka?," tanya Tompi.

Muhaimin Iskandar mengiyakan hal tersebut.

"Betul. Awalnya kita tidak nyangka secepat ini. Kita mengira bulan Juni lah konstatasi akan terbuka," jawab Muhaimin Iskandar.


Baca: Heboh Rekaman Menteri Rini dan Dirut PLN Beredar, Sekjen PDIP Kaitkan dengan Elektabilitas Jokowi

Baca: Hal Ini yang Harus Diperhatikan Ibu Hamil Untuk Cegah Stunting

Bisa dikatakan deklarasi Muhaimin Iskandar ini lebih cepat di bandingkan calon-calon lainnya.

"Karena teman-teman di bawah ini bergairah kemudian memasang gambar."

Uniknya, setelah pemasangan baligo bergambar dirinya, banyak yang meminta berswafoto dengan Muhaimin Iskandar.

"Di mana-mana itu undangan tidak pernah berhenti, banyak yang minta selfie," ujarnya.

Mendengar hal tersebut, Tompi melontarkan kata-kata candaan.

"Kalau selfie jadi patokan. Saiful Jamil (bisa) maju Cawapres," ujar Tompi.

Muhaimin Iskandar mengatakan banyaknya orang yang mengajaknya berswafoto menunjukkan dari kalangan NU, kalangan pesantren deklarasi di mana-mana.

"Hampir setiap hari kita memenuhi pertemuan-pertemuan kiayi dan kalangan muda NU."

Baca: Lawan Mitra Kukar, Kepahitan Ini Harus Ditelan Persebaya dan Bonek

Cawapres untuk Jokowi

Dalam acara Mata Najwa, Jokowi diwawancarai mengenai calon wakil presiden (Cawapres).

Beberapa politisi disebutkan sudah memulai mengkampanyekan diri sebagai Cawapres yang akan mendampingi Jokowi untuk Pilpres 2019.

Ada yang sudah membuat iklan satu halaman.

Ada juga yang membuat iklan di televisi.

Bahkan Jokowi juga sempat mengatakan ada satu politisi yang iklan di billboard-nya melebihi Asian Games.

Menanggapi hal tersebut, Jokowi mengatakan partai politik memiliki kebebasan untuk melakukan apapun dalam rangka kepentingan politik mereka.

"Ada yang mendeklarasikan sebagai Cawapres kan juga nggak apa-apa. Dalam kepentingan politik. Begitu juga yang memasang iklan," ujarnya.

Manuver politik seperti itu menurut Jokowi, kemungkinan kedua pihak mendapat keuntungan.

Kampanye tokoh politik tersebut kontras dengan geliat PDIP.

PDIP dinilai pergerakannya tidak begitu terciri seperti kampanye tokoh politik yang disebutkan sebelumnya.

"Mungkin belum saja, karena mungkin ada pertimbangan-pertimbangan dari PDIP," kata Jokowi.

Baca: Sindiran Pedas Persib Bandung untuk Persija Jakarta di Medsos #PersibSihEnjoy

Baca: Dirigen Viking: Pengunduran Jadwal Persib - Persija Akan Rugikan Banyak Pihak

"Politik itu kan kedaulatannya ada di masyarakat," imbuhnya.

Disinggung apakah politisi tersebut mendapat keuntungan dengan mengusung Jokowi sebagai presiden, Jokowi memberikan jawaban.

"Partai memiliki cara untuk menaikan elektabilitasnya dengan memakai pengaruh-pengaruh elektoral yang dipandang itu bisa mempengaruhi. Itu biasa dalam politik."

Jokowi mengatakan soal Cawapres, partainya akan berbicara terlebih dahulu.

Begitu juga dengan pembicaraan dengan partai pendukung dan relawan-relawan.

Baca: Anak Dititipkan Ibunya ke Sopir Taksi saat Berusia 6 Tahun, Ini yang Terjadi 22 Tahun Kemudian

"Ini bukan sesuatu yang gampang untuk negara," tuturnya.

Jokowi pun mengaku belum ada tim khusus yang dibentuk untuk memilih Cawapres.

Baik itu tim dari internal dan eksternal.

"Ini masih panjang dan masih berubah-ubah. Persiapan memang ada. Tapi kita ini masih berkonsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan besar yang masih belum selesai."

Kemudian, Jokowi ditanya mengenai Jusuf Kalla (JK) yang masuk konsiderasi Cawapres.

"Ya mengapa tidak, kalau memang Undang Undang, konstitusi membolehkan mengapa tidak," ucapnya.

Baca: Tantang Sri Mulyani Debat, Rizal Ramli: Akan Ketahuan Siapa yang Manipulatif

"Dia termasuk yang terbaik, Pak JK," tambahnya.

Menurut Jokowi, Jusuf Kalla adalah yang terbaik.

Kemudian, Jokowi ditunjukkan foto-foto tokoh politik yang dinilai mengkampanyekan diri menjadi Cawapres.

Foto pertama adalah Muhaimin Iskandar.

Jokowi memberikan penilaiannya terhadap mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu.

"Bapak Muhaimin Iskandar termasuk yang terbaik. Pada saatnya nanti akan diputuskan," ujarnya.

Baca: Cerita Ayah Anak Kembar Siam Asal Subang, Ditolak RSUD Subang Sampai Diterima Baik di RSHS

Foto kedua yang ditunjukkan adalah M Romahurmuziy.

Jokowi menilai Ketua Umum PPP tersebut cocok sebagai Cawapres.

"Muda, santri, dan intelektual. Saya kira cocok untuk jadi Cawapres."

Foto selanjutnya yang ditunjukkan adalah Gatot Nurmantyo.

"Dari militer mengapa tidak. Saya kira semua opsi masih terbuka," komentarnya terkait Gatot Nurmantyo jika diusung menjadi Cawapresnya.

Foto anak dari mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga terselip di antara foto-foto lainnya.

Jokowi menilai Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) cocok sebagai Cawapres.

Baca: Kisah Hery Coet, 8 Kali Masuk Penjara, Kini Jadi Pengusaha dengan 100 Karyawan, Semua Mantan Napi

"Muda, pintar, ya cocok-cocok saja."

Dan yang terakhir adalah foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Jawaban Jokowi maih sama seperti sebelumnya.

Ia mengatakan Anies Baswedan adalah sosok muda yang pintar dan intelektual.

"Kita tidak pernah yang namanya tertutup. Untuk negara tidak tertutup."

Baca: Kisah Cinta yang Tragis, Wanita Ini Bunuh Diri Usai Membunuh Selingkuhan Suaminya

Baca: Rahandini Beberkan Isi Chat WA, Lihat Balasan Menohok Daus Mini saat Sang Istri Minta Cerai

Baca: Pertama Kali, Roy Kiyoshi Menjerit, Robby Purba Deg-degan, Inilah Penyebabnya

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved