Kampung Adat Cireundeu
Warga Kampung Adat Cireundeu Tolak Limbah dari Perumahan
warga juga khawatir dampak yang ditimbulkan seperti banjir dan longsor. Proyek tersebut dibangun oleh developer PT Nur Mandiri Jaya Property.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan Tribun Jabar Hilman Kamaludin, Firman Wijaksana, dan Wisnu Saputra
TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Warga di Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi resah dengan pembangunan proyek perumahan. Lokasi perumahan hanya berjarak beberapa ratus meter dari kampung adat tersebut. Warga tak menentang adanya pembangunan perumahan. Namun, mereka menolak pembuangan limbah dari perumahan yang nantinya melewati drainase di Cireundeu.
Selain itu, warga juga khawatir dampak yang ditimbulkan seperti banjir dan longsor. Proyek tersebut dibangun oleh developer PT Nur Mandiri Jaya Property. Lokasi perumahan yang diberi nama Griya Asri Cireundeu itu berada di wilayah perbukitan.
Lahan tersebut dulunya merupakan tanah milik pribadi warga di Cireundeu yang sering ditanami singkong.
Singkong memang menjadi makanan pokok warga di Cireundeu. Warga menanam singkong untuk dikonsumsi sendiri. Tapi kini sebagian lahan perkebunan itu telah dijual dan akan dijadikan perumahan.
Menurut pantauan Tribun, belum lama ini, satu alat berat sudah berada di lokasi proyek. Umbul-umbul dan spanduk perumahan sudah terpampang sejak jalan masuk ke Cireundeu.
Sukirman, warga RT 03/10, mengatakan proyek perumahan tersebut sudah mulai dikerjakan satu bulan lalu. Namun, warga masih belum bertemu secara langsung dengan pihak pengembang.
"Sempat ada pertemuan dengan pengurus RW dan perantara dari pengembang. Cuma tidak semua diundang. Padahal kalau bertemu (pengembang perumahan) langsung kan lebih enak," ujar Sukirman, Selasa (3/4).
Dia tak menolak lahan yang ada di Cireundeu akan digunakan untuk perumahan. Namun, masalah drainase dari perumahan masih dipersoalkan warga.
Kawasan Cireundeu rawan terjadi longsor. Jika ada pertemuan langsung antara warga dan pengembang, permasalahan itu bisa dicari solusinya.
Saat diadakan pertemuan, Sukirman mengaku tak diundang. Rumah Sukirman memang berada di dekat saluran air.
Menurut pria berusia 62 tahun ini, warga yang memiliki rumah di dekat selokan masih menentang.
Neni (47), warga lainnya, sudah menyampaikan keluhan tentang pembuangan air ke pengurus RT. Tapi keluhan itu belum ada tanggapan.
"Mau ke mana saja (pembuangan air) silakan. Saya tidak tolak proyeknya, tapi soal saluran airnya. Asal ada pertemuan dulu dengan semua warga. Jangan hanya perwakilan," ujar Neni.
Sebagai warga adat Kampung Cireundeu, Neni mempersilakan pembangunan perumahan. Apalagi lahan yang digunakan merupakan lahan pribadi. Namun, masalah tata ruang dalam pembuangan saluran air harus diperhatikan.
"Ini kan selokan kecil. Letaknya di depan rumah saya. Kalau air besar bisa bahaya. Nanti takut banjir sama longsor," ucapnya. (*)