Kampung Adat Cireundeu

Tokoh Kampung Adat Cireundeu Belum Pernah Bertemu Pengembang, Baiknya Duduk Bersama

lokasi yang berada di pinggir jurang agar tak dibangun. Budaya di Cireundeu yang menjaga alam, harus diperhatikan pengembang.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUN JABAR/ZELPHI
Dua alat berat membuka lahan perumahan di dekat Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Rabu (4/4). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Tokoh Kampung Adat Cireundeu, Widia (56), mengaku bingung dalam menyikapi proyek perumahan di Cireundeu. Di satu sisi pihak pengembang mempunyai niat baik untuk menyediakan rumah. Tapi di sisi lain, Kampung Cireundeu harus menjaga tata ruang.

"Takutnya warga secara umum ada longsor dan banjir. Tapi sementara saya tak bisa bela kedua pihak (warga dan pengembang)," ujar Abah Widi, sapaannya, saat ditemui di rumahnya, awal April lalu.

Menurut Abah Widi, pihak pengembang belum pernah sekalipun bertemu dengan para tokoh adat di Cireundeu. Baru pihak perantara saja yang sudan bersilaturahmi.

Menurutnya, setiap tamu yang datang harus mengikuti aturan di Cireundeu. Kekhawatiran warga soal saluran air sebenarnya bisa dicari solusi jika pihak pengembang mau bertemu langsung.

"Sekarang baru tahap awal. Masukan masyarakat sudah banyak. Kenapa khawatir ke hal yang belum terlaksana (longsor dan banjir). Itu kan bisa diantisipasi. Makanya perlu duduk bersama," katanya.

Lahan yang dijadikan perumahan, disebut Abah Widi merupakan lahan pribadi dan berada di Cireundeu luar. Ia dan para sesepuh tak bisa berbuat banyak jika lahan tersebut dijual. Saat pertemuan dengan pengurus RW, para tokoh adat juga sudah memberi masukan. Salah satunya meminta agar pepohonan tak ditebang.

Selain itu, lokasi yang berada di pinggir jurang agar tak dibangun. Budaya di Cireundeu yang menjaga alam, harus diperhatikan pengembang. Ia juga menolak jika pihak pengembang akan membuat saluran air yang baru. Menurutnya, sistem yang dibuat manusia, tak akan sama dengan ciptaan sang Maha Kuasa.

Selain itu, ia berpesan agar daftar hadir saat pertemuan dengan pengurus RW jangan dijadikan sebagai tanda persetujuan warga. Ia meminta agar semua warga diberi informasi yang jelas terkait pembangunan.

"Pengembang juga harus bersikap bijak. Khawatirnya nanti jika ada longsor, terus pengembangnya tidak ada, otomatis masyarakat akan demo ke orang-orang yang tinggal di situ (perumahan)," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, warga di Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi resah dengan pembangunan proyek perumahan. Lokasi perumahan hanya berjarak beberapa ratus meter dari kampung adat tersebut.

Warga tak menentang adanya pembangunan perumahan. Namun, mereka menolak pembuangan limbah dari perumahan yang nantinya melewati drainase di Cireundeu. Selain itu, warga juga khawatir dampak yang ditimbulkan seperti banjir dan longsor.

Proyek tersebut dibangun oleh developer PT Nur Mandiri Jaya Property. Lokasi perumahan yang diberi nama Griya Asri Cireundeu itu berada di wilayah perbukitan.  Lahan tersebut dulunya merupakan tanah milik pribadi warga di Cireundeu yang sering ditanami singkong.

Singkong memang menjadi makanan pokok warga di Cireundeu. Warga menanam singkong untuk dikonsumsi sendiri. Tapi kini sebagian lahan perkebunan itu telah dijual dan akan dijadikan perumahan. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved