Ujian Nasional 2018
UNBK SMP Baru Berlangsung Sehari, Kemendikbud Langsung Nyatakan Permohonan Maaf
Setelah hari pertama UNBK berlangsung, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyampaikan permintaan maaf terkait . . .
Penulis: Dedy Herdiana | Editor: Dedy Herdiana
Selain tidak memiliki komputer di sekolah, berkurangnya jumlah siswa dari tahun ke tahun jadi alasan lain SMP ini menumpang ujian di sekolah lain.
SMP Satu Atap Negeri Talun ada di Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Siswa di sekolah tersebut berasal dari Desa Kubang dan Desa Wanasaba
"Di Ruang Tata Usaha (TU) di sekolah kami juga hanya ada satu komputer," kata guru SMP Satu Atap Negeri Talun, Untung Suripto saat ditemui di SMAN 1 Sumber, Senin (23/4/2018).
Kondisi peserta UNBK yang juga tak kalah memprihatinkan, adalah yang dialami siswa SMPN 2 Ganeas, Sumedang.
Baca: Terekam Kamera, Eks Persib Bandung Terima Bogem Mentah Gelandang Bhayangkara FC M Hargianto
Baca: Ruang UN SMP Muhammadiyah Waipare Diberondong Peluru, Murid Bersembunyi di Kolong Meja
Sejumlah siswa SMPN ini tidak hanya harus menghadapi soal ujian yang tentunya tidak akan mudah, mereka pun harus bertaruh nyawa melewati jembatan darurat menuju sekolah.
Jembatan darurat itu penghubung antara Desa Tanjunghurip dan Desa Cikondang, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang.

Jembatan utama ambles akibat arus deras Sungai Cikoneng.
"Tadi malam hujan, jembatan daruratnya jadi licin, mana kan mau mengerjakan UNBK. Jadi, seragam jangan basah," ujar Hana Sajidah (14), siswi SMPN 2 Ganeas, ketika ditemui di depan sekolah, Senin (23/4/2018).
Melewati jembatan darurat, menurut Hana Sajidah, menyita waktu lebih banyak untuk sampai ke sekolah
Akibatnya, persiapan demi mengerjakan UNBK pun berkurang.
Meski terlambat, pihak sekolah mengizinkannya mengikuti UN BK karena mengerti ada hambatan jalan.
Kecemasan akan bahaya di jembatan darurat itu tak hanya ditunjukkan siswa tapi juga guru SMPN 2 Ganeas.