Ini Jejak Idjon Djanbi, Komandan Kopassus Pertama Paling 'Keramat', Tak 'Dihormat' Saat Meninggal
Pasalnya, rekam jejak Idjon Djanbi tak bisa dianggap remeh. Sepak terjangnya di dunia militer sebelumnya, tak main-main.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Widia Lestari
Tak disangka, Idjon Djanbi justru kembali masuk ke dunia militer, bukan lagi warga sipil.
Pada 1 April 1952, ia resmi diangkat menjadi mayor infanteri TNI AD.
Ia mendapatkan tugas berat untuk melatih kader perwira dan bintara sebagai pasukan khusus.
Akhirnya pada 16 April 1952, secara resmi dibentuk Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi di bawah pimpinan Mayor Inf Idjon Djanbi.
Tanggal tersebut menjadi tanggal 'keramat' sebagai hari jadi Kopassus.
Tentu, ditunjuknya Idjon Djanbi ini bukan keputusan asal-asalan.
Pasalnya, rekam jejak Idjon Djanbi tak bisa dianggap remeh. Sepak terjangnya di dunia militer sebelumnya, tak main-main.
Ia pernah menempuh pendidikan komando di Pantai Skotlandia yang tandus, dingin, dan tak berpenghuni.
Beragam pelatihan pun digelutinya, seperti berkelahi, menembak dari persembunyian, berkelahi dalam tangan kosong, dan membunuh tanpa senjata.
Idjon Djanbi pun mendapatkan baret hijau dari atau brivet Glinder.
Sementara itu, ia pun pernah menyandang baret merah ketika menjadi pasukan komando Kerajaan Inggris legendarais, Special Air Service.
Selain itu, ia bahkan mengikuti sekolah perwira dan mendapatkan lisensi penerbang PPL-I dan PPL-II.
Melihat perjalanan karirnya ini, tak heran ia dipercaya membentuk pasukan secara perdana di Indonesia.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. TNI AD menginginkan komandan orang asli Indonesia.
Akhirnya Idjon Sjanbi pun dipindahkan ke posisi yang tak terlibat dengan pelatihan komando, yakni menjadi koordinator staf pendidikan di Inspektorat Pendidikan dan Latihan.