Kisah Para Pencari Darah Naga: Diadang Beruang Berpapasan dengan Harimau demi Buah 250 Ribu/per Kilo
Kendati penuh risiko karena sering berhadapan dengan binatang buas, tapi Mus Mulyadi sampai kini masih terus mencari jernang.
"Tidak ada pekerjaan lain di gampong yang bisa menghasilkan. Sehingga meskipun sendiri ya harus memberanikan diri," ujar ayah dua anak itu kepada Serambi, kemarin.
Untuk sampai ke hutan yang ditumbuhi jernang, membutuhkan waktu sehari berjalan kaki.
Sehingga harus membawa bekal berupa beras, air, periuk, dan kebutuhan lain untuk memasak.
"Kalau ikan bisa kami dapatkan dengan mencari di sungai, dengan memancing atau menjala," katanya.
Biasanya kalau berangkat pagi, sore baru sampai ke kawasan hutan yang ada jernang.
Setelah menginap semalam, esoknya baru mencari target.
Baca: Truk Fuso Mogok di Tengah Jalan, Arus Lalu Lintas Pun Macet Mulai dari Ujungbeung hingga Cicaheum
Dia mengaku memiliki pengalaman mendebarkan ketika mencari jernang sendiri.
Suatu waktu, saat sedang berjalan di hutan, dia diadang seekor beruang.
"Jarak dengan saya hanya tiga meter," katanya.
Meski kaget, dia tidak lari, tapi terus menatap beruang tersebut sambil mundur pelan-pelan dengan tangan mengayunkan parang ke arah binatang buas itu.
Tapi beruang tersebut tidak langsung kabur, terus ‘menggertak’ Mulyadi dengan tatapan mata yang tajam.
Namun, tatapan mata Mulyadi mungkin lebih tajam hingga binatang itu kabur.
Sebelum kejadian tersebut, duda beranak dua tersebut juga pernah bertemu dengan kawanan gajah.
"Ketika saya sedang beristirahat di sebuah pondok dalam hutan, tiba-tiba didatangi kawanan gajah. Saya tak bisa kabur lagi. Saya tetap bertahan, alhamdulillah saya tidak diganggu. Malah yang dirusak kawanan gajah tersebut pondok milik perambah hutan," kenang Mulyadi.