Modal Sama Keuntungan Berlipat, Jadi Alasan Perakit Senapan Cipacing Berbuat 'Nakal'

Keuntungan yang didapat Idih, menurutnya, beda jauh dengan keuntungan yang didapat para pengrajin nakal yang merakit senjata ilegal.

Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Yudha Maulana
TRIBUN JABAR/SELI ANDINA
Idih Sunaedi memeriksa senapan angin yang dibuatnya di Desa Cipacing, Rabu (14/3/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Banyak para pengrajin senapan angin yang 'bermain-main' merakit senjata ilegal karena tergiur keuntungan besar.

Dibandingkan penjualan senapan angin, penjualan senjata api ilegal mendatangkan keuntungan jauh lebih besar, beserta risiko yang lebih besar pula tentunya.

Hal tersebut disampaikan Ketua Koperasi Pengrajin Senapan Angin Bina Karya, Idih Sunaedi (76), ketika ditemui Tribun Jabar di Kediamannya di Dusun Cikeruh, Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (15/3/2018).

Idih Sunaedi mencontohkan, modal yang dikeluarkan untuk senapan angin PCP (Pre-Charge Pneumatic), atau senapan angin menggunakan tenaga gas, mencapai Rp. 950 ribu.

Baca: TNI di Maros Cegat Truk Muatan Gabah yang Akan Dikirim ke Tengkulak

Baca: Mario Gomez Asah Lini Belakang, Dua Pemain Seleksi Tidak Dimainkan vs Arema

Baca: Mario Gomez Tak Bingung Kehilangan Febri Hariyadi, Ada Banyak Opsi

"Rp. 950 ribu itu mulai dari kayu, besi, hingga upah pekerjanya," ujar Idih Sunaedi.

Senapan angin PCP sendiri dijual dengan harga Rp. 1,4 juta per unitnya, sehingga Idih hanya mengantungi keuntungan sebesar Rp. 450 ribu per unit, belum dikurangi biaya transportasi.

Keuntungan yang didapat Idih, menurutnya, beda jauh dengan keuntungan yang didapat para pengrajin nakal yang merakit senjata ilegal.

"Kalau senjata api ilegal, modalnya mungkin sama dengan saya, mungkin juga kurang, tapi keuntungannya bisa berkali-kali lipat, bisa jutaan," ujar Idih Sunaedi.

Bahkan, kata Idih Sunaedi, penjual senjata ilegal bisa mendapat untung hingga sepuluh kali lipat dibandingkan penjual senapan angin untuk satu unitnya.

"Makanya banyak yang tertarik tanpa sadar resiko dan bahayanya," ujar Idih.


Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved