Banjir di Bandung

10 Murid SDN Dayeuhkolot 7 Tetap Bersemangat Ikuti 'Try Out'

Berkali-kali pihaknya mengajukan bantuan untuk renovasi sekolah tapi belum juga ditanggapi.

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
Anak-anak murid kelas VI SDN Dayeuhkolot VII melewati banjir di Dayeuhkolot saat selesai belajar, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (27/2/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin

TRIBUNJABAR.ID, DAYEUHKOLOT - Sejak pagi tadi sekitar pukul 07.00, sebanyak 10 murid kelas VI dan seorang murid kelas V SDN Dayeuhkolot VII sudah berdiam diri di depan pengungsian tempat mereka belajar jika sekolah mereka terendam.

Mereka menunggu para guru untuk belajar seperti biasanya.

Namun sejak Jumat (24/2/2018), ruang pengungsian mereka di RT 1/8 Jalan Mamayuda, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, juga ikut terendam banjir.

Akibatnya, sebanyak 178 murid di SDN Dayeuhkolot VII tidak bisa belajar seperti hari-hari biasanya.

Akibat banjir anak-anak siswa kelas VI SDN Dayeuhkolot VII tampak tengah belajar di ruang tamu milik salah seorang guru di di RT 1/8 Jalan Mamayuda, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (27/2/2018).
Akibat banjir anak-anak siswa kelas VI SDN Dayeuhkolot VII tampak tengah belajar di ruang tamu milik salah seorang guru di di RT 1/8 Jalan Mamayuda, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (27/2/2018). (Tribun Jabar/Mumu Mujahidin)

"Yang datang hanya segini. Ini kelas VI dan ada satu orang kelas V," ujar Hastuti salah seorang guru kelas VI, saat Tribun menyapanya di ruang tamu miliknya yang dijadikan tempat belajar sementara.

Jelang lima hari pasca banjir pertama, air masih merendam ruang kelas dan ruang pengungsian.

Meski sudah surut, di ruangan tersebut masih menyisakan genangan air hingga sebetis orang dewasa.

Lagi-lagi mereka tidak bisa belajar seperti biasa.

Padahal kelas VI ini akan menghadapi try out UN.

Akhirnya murid kelas VI, ini menggelar persiapan UN di ruang tamu salah seorang guru kelas VI, Hastuti di RT 1/8 hanya berbeda gang saja.

Sementara penjaga sekolah tampak bersiap membersihkan material lumpur dan sisa genangan air dari dalam ruangan pengungsian.

"Semua murid kelas VI ada 29 orang, namun karena banyak yang kebanjiran jadi mereka masih di pengungsian. Ada juga yang sudah mau berangkat tapi terjebak banjir di jalan. Dan enggak ada perahu katanya," tuturnya.

Tuti sapaan wali murid kelas VI ini, mengatakan, hari ini anak-anak belajar persiapan Try Out untuk mata pelajaran matematika.

Kesepuluh murid tampak memegang lembar soal matematika dan lembar jawaban yang harus mereka lingkari dengan pensil.

"Harusnya jadwal Try Out itu Senin kemarin, namun karena dari hari Jumat sudah tidak efektif belajar jadinya, kami masih melakukan persiapan," katanya.

Pihak sekolah tidak bisa menggelar Try Out karena kondisi sekolah masih terendam air.

Selain itu masih banyak murid kelas VI yang tidak dapat masuk sekolah di ruang pengungsian karena mereka masih berada di posko darurat tempat para orangtuanya mengungsi.

"Setiap banjir pasti seperti ini, jadi anak-anak sudah biasa," ujarnya.

Tuti menuturkan, tempat pengungsian tersebut merupakan rumah kosong warga setempat yang sengaja digunakan secara sukarela kepada pihak sekolah untuk dijadikan tempat belajar jika sekolah mereka terendam banjir.

Meski besar rumah kosong tersebut sudah tampak tua dan kondisinya sangat mengkhawatirkan.

"Selain SDN VII ada juga SDN X yang sama nasibnya seperti kami. Harus mengungsi di rumah warga jika terjadi banjir," katanya.

Ridwan Ferdiansyah (12) murid kelas VI mengaku baru belajar atau pergi sekolah hari ini. Karena selama lima hari kemarin rumahnya di Kampung Mulyasari Baleendah kebanjiran.

Air masuk ke dalam rumahnya hingga satu meter lebih.

"Baru sekarang sekolah karena kemarin kebanjiran di rumah segini, (menunjuk dada), kalau sekarang mah sudah segini (menunjuk lutut) dan sekolah juga pasti kebanjiran," katanya di rumah sang guru.

Sudah sejak 6 tahun lalu Ridwan dan kawan-kawannya mengalami yang sama.

Sepanjang itu pula tidak pernah ada solusi yang coba ditawarkan pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

Ridwan dan kawan-kawannya termasuk para guru hanya dapat pasrah menunggu.

"Iya bosen, tapi mau bagaimana lagi. Mau pindah sekolah di deket rumah juga sama kebanjiran. Mau pindah ke yang aman juga mahal harus pakai ongkos," katanya.

Setiap hari Ridwan berangkat ke sekolah bersama teman-temannya menggunakan angkot.

Namun karena banjir Ridwan terpaksa harus jalan kaki menerjang banjir, meski masih bisa dilalui.

Mereka berjalan kaki melewati banjir selutut mereka.

"Tadi berangkat jam 06.00 lebih, sampai sini jam 07.00. Enggak pakai sepatu tapi pakai sendal," katanya.

Tidak hanya 10 murid kelas VI dan seorang kelas V saja, hari ini juga tampak sejumlah guru yang tampak bercengkrama di teras rumah Hastuti.

Ada yang mengerjakan pekerjaan sekolahnya ada juga yang hanya berdiskusi. Selain di rumah pengungsian khusus tempat belajar, rumah milik salah seorang guru ini juga kerap dijadikan tempat belajar kalau penuh di pengungsian.

"Iya kita siap-siap aja standby takutnya ada anak-anak yang datang mau belajar," ujar salah seorang guru.

Pihak sekolah mengaku sudah bosan dengan kejadian ini.

Berkali-kali pihaknya mengajukan bantuan untuk renovasi sekolah tapi belum juga ditanggapi.

Berkali-kali pula pejabat datang meninjau dan berjanji akan memberikan bantuan dan akan merenovasi, tapi tidak ada yang terwujud.

"Kami sudah bosan kayak gini terus. Kami sudah enggak peduli lagi, mau apapun bentuk bantuanya mau itu renovasi maupun relokasi yang penting sekolah dan anak-anak tetap selamat. Banyak yang datang dan janji tapi hingga sekarang belum ada sama sekali bantuannya," tutur mereka.

Tepat pukul 10.00, siswa kelas VI selesai mengerjakan soal dan evaluasi dari guru kelas.

Selang beberapa menit mereka dibubarkan, untuk kembali belajar esok hari jika air tidak kembali naik.

"Mudah-mudahan hari ini tidak hujan agar air tidak naik dan banjir. Supaya besok anak-anak bisa kembali belajar seperti biasa," kata mereka.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved