Tahukah Kamu? Bulan Februari adalah Bulan Cinta Inggit Garnasih
Semangat Ibu Inggit Garnasih dijewantahkan oleh Komunitas Pandu Cinta Tanah Air dengan cara membuat Bulan Februari sebagai Bulan Cinta Inggit.
Penulis: Theofilus Richard | Editor: Isal Mawardi
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Semangat Ibu Inggit Garnasih dijewantahkan oleh Komunitas Pandu Cinta Tanah Air dengan cara membuat Bulan Februari sebagai Bulan Cinta Inggit.
Hal itu didasarkan pada tanggal kelahiran Inggit Garnasih yaiti 17 Februari 1888.
"Setiap tahun selalu kami rayakan, kemudian kami gagas, Februari menjadi Bulan Cinta Inggit," ujar Cici Lely, satu di antara penggagas Pandu Cinta Tanah Air, kepada Tribun Jabar di Rumah Ibu Inggit Garnasih, Bandung,Rabu (21/2/2018).
Deklarasi Bulan Cinta Inggit pertama kali dilakukan di Car Free Day Dago Bandung pada tahun 2015.
Cici Lely bercerita, awalnya sangat pahit ketika Bulan Cinta Inggit dideklarasikan.
Saat deklarasi, Cici Lely dan rekannya membagikan brosur mengenai Ibu Inggit Garnasih.
Barcelona Pagari 8 Pemainnya dengan Harga 'Gila', Messi Masih yang Tertinggi https://t.co/chObVcLraC via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 23, 2018
Banyak orang ternyata tidak mengetahui siapa itu Inggit Garnasih dan apa perannya untuk Indonesia.
"Kami tidak menyalahkan siapapun, mungkin kita yang tidak menyuarakan Ibu Inggit," kata Cici Lely.
Bulan Februari biasanya identik dengan perayaan valentine.
Tetapi, Pandu Cinta Tanah Air ingin anak muda membuka mata dan melihat kisah cinta Inggit dan Soekarno.
"Sekarang kita punya figur kisah cinta yang lebih romantis dari Romeo dan Juliet. Kita punya kisah cinta nasionalis, cinta yang didasarkan pada romantisme nasionalis, yaitu kisah cinta Bung Karno dengan Inggit Garnasih," ujarnya.
Menurut Cici Lely, perjuangan Ibu Inggit Garnasih luar biasa.
Ia menjadi pendamping Soekarno saat memperjuangkan kemerdekaan.
Di saat yang sama ia juga menjadi penerjemah politik Soekarno.
Ibu Inggit Garnasih, berkomunikasi dengan masyarakat yang sudah mendengar pidato Bung Karno dalam bahasa yang lebih sederhana.
"Soekarno tidak bisa bahasa sunda, ke Ujung Genteng, Pelabuhan Ratu, Ciwidey, Bung Karno orasi, tapi petani kan bingung, ini ngomong apa dengan bahasa intelektual tinggi. Ibu Inggit menerjemahkan 'Kita teh kudu merdeka. Indonesia tanah kita, dikelola kita untuk kita, kalau lebih baru kasih'," ujarnya mencoba menjelaskan peran Ibu Inggit Garnasih.
Ia juga mengatakan sosok Soekarno tidak akan sekomoh seperti yang dilihat sekarang tanpa ada peran Ibu Inggit Garnasih.
Meski perannya tidak banyak disorot, Pandu Cinta Tanah Air mencoba menceritakan peran Inggit ke banyak orang.
Cici Lely juga mengatakan ia dan komunitasnya sering berkeliling ke luar Bandung untuk menyuarakan kisah perjuangan Ibu Inggit Garnasih.
"Saya monolog Ibu Inggit dua kali setahun pada Februari dan April. Kami juga membawa suara Ibu Inggit sampai ke seluruh Pulau Jawa dan Sumatera," ujarnya.
Saat ini, Cici Lely bersama komunitasnya yaitu Pandu Cinta Tanah Air dan Balad Sri Baduga sering mengadakan kegiatan di Rumah Ibu Inggit Garnasih.
Di antaranya adalah bedah buku, workshop membuat jamu, dan edukasi kepada murid SD.
"Kami ingin berkontribusi untuk negara kami, meski melalui hal sederhana," kata Cici Lely.