Imlek 2018
Fakta Kelenteng Hok Keng Tong, Dilarang Beroperasi oleh Belanda Karena Bantu Pangeran Diponegoro
Itu artinya kelenteng ini dibangun ketika China diperintah oleh Kaisar Cien Long yang berkuasa akhir 1300 smapai awal 1400an.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Kelenteng atau Klenteng Hok Keng Tong atau Wihara Dharma Sukha merupakan kelenteng tertua di Pulau Jawa.
Usia kelenteng yang berada di Jl Pasar Kue, Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, itu sekitar 629 tahun.
Itu artinya kelenteng ini dibangun ketika China diperintah oleh Kaisar Cien Long yang berkuasa akhir 1300 smapai awal 1400an.
Berikut fakta-fakta yang dihimpun Tribun Jabar mengenai kelenteng tertua di Pulau Jawa itu.
Baca: Mbah Mijan: 7 Perewangan Akan Bantu Bebaskan Mbak Roro Fitria, Jangan Lupa ART Siapkan Sesaji
Baca: Inilah Perbedaan Antara Klenteng dan Vihara, Yuk Pahami Biar Tak Bingung Lagi!
1. Didirikan oleh Eksodus Tiongkok
Sejarah berdirinya Kelenteng Hok Keng Tong dimulai dari kedatangan orang-orang China ke Cirebon pada 1983.
Kala itu, kawasan Plered masih berupa rawa-rawa, sehingga bangsa bisa melabuhkan kapal dagangnya.
"Mereka melihat tanahnya subur dan tinggal di sini, kemudian mendirikan Kelenteng Hok Keng Tong," kata Ketua Yayasan Hok Keng Tong Dharma Sukha, Kusnadi Halim (62) saat ditemui di Kelenteng Hok Keng Tong, Jl Pasar Kue, Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Kamis (15/2/2018).
2. Seluruh Bangunan Baru
Kelenteng Hok Keng Tong baru saja rampung direnovasi pada Maret 2016.
Seluruh bangunan kelenteng juga merupakan bangunan baru.
Bangunan asli Kelenteng Hok Keng Tong sudah tidak ada.
Bekasnya pun sudah tidak tersisa karena tertutup pemukiman warga.
Namun, patung dewa dan hiasan dinding di kelenteng itu masih asli dari pertama dibangun ratusan tahun lalu.
3. Sempat Dilarang Beroperasi
Kelenteng Hok Keng Tong sempat dilarang beroperasi oleh pemerintah Hindia Belanda.
Tepatnya, saat Perang Diponegoro pada 1825 - 1830.
Pemerintah Hindia Belanda mengetahui kelenteng khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur membantu Pangeran Diponegoro dalam perang itu.
Selama penutupan, para jemaah mulai meninggalkan kelenteng karena ketakutan terhadap sanksi yang ditetapkan pemerintah Hindia Belanda.
Setelah perang Diponegoro berakhir barulah para jemaah kembali berdatangan ke kelenteng.
Namun, melihat bangunan yang tak terurus karena lama ditinggalkan, para jemaah berinisiatif memindahkan lokasi kelenteng.
Baca: Rayakan Imlek, 5 Artis Cantik Ini Tampil Menawan dan Bergaya Oriental, Simak Foto-fotonya Yuk!
Baca: Elemen Api Berkuasa di 2018, Bisnis Apa yang Bakalan Moncer dan Buntung?
4. Dewa Hok Teng Tjeng Sin Tingkat Tertinggi
"Patung Dewa Hok Tek Tjeng Sin di sini merupakan yang tertinggi dibanding lainnya, makanya diberi gelar Thai Sheng Hud Tong," ujar Oyan Sugianto (66), penjaga Kelenteng Hok Keng Tong, saat ditemui di Kelenteng Hok Keng Tong, Jl Pasar Kue, Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Kamis (15/2/2018).
Hok Tek Tjeng Sin adalah Dewa Bumi.
Ia mengatakan, umat Konghucu yang tahu sejarah pasti akan berkunjung ke Kelenteng Hok Keng Tong.
Pasalnya, dipercaya bisa mengabulkan setiap permohonan jika berdoa secara sungguh-sungguh.
5. Jumlah Jamaahnya Tak Sebanyak Usianya
Usia kelenteng yang mencapai ratusan tahun rupanya tak sebanding dengan jumlah jemaahnya.
Menurut Oyan Sugiono, setiap harinya jarang sekali ada jemaah yang beribadah ke kelenteng itu.
Bahkan, dalam kurun satu bulan jumlah jemaah yang datang dapat dihitung dengan jari.
Kelenteng hanya didatangi jemaah pada momen tertentu.
Misalnya, saat ulang tahun dewa yang jatuh pada satu bulan setelah perayaan Imlek.
"Biasanya kelenteng dipadati ratusan jemaah," ujar Oyan Sugiono.
6. Belum Tersentuh Perhatian Pemerintah
Usianya yang mencapai ratusan tahun belum membuat Kelenteng Hok Keng Tong diperhatikan pemerintah.
Bahkan, kelenteng itu belum tersentuh perhatian Pemerintah Kabupaten Cirebon.
"Kalau boleh jujur sebenarnya perhatian dari Pemda tidak ada tapi ya sudahlah," kata Kusnadi Halim.
Ia mengatakan, ajaran yang dianutnya menekankan kemandirian, kalau masih bisa dilakukan sendiri ya lakukan.
Toh, menurut Kusnadi, kelenteng masih berdiri meski belum ada perhatian dari Pemda.(*)
Mengapa Imlek Selalu Identik dengan Warna Merah? Ini Penjelasannya https://t.co/0RxTIhNRrY via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 15, 2018