Kisah Ojek Sepeda Bertahan di Tengah Gempuran Jaman, Sehari Cuma Dapat Rp 30 Ribu

"Sudah lama dari tahun 70-an. Waktu gedung ini bank," ujar Ali sambil menunjuk gedung yang ada di belakangnya.

Editor: Ravianto
TribunJakarta.com/ Novian Ardiansyah
Ali, Ojek Sepeda 

Baca: BREAKING NEWS: Bus Damri Terbakar di Depan IPDN, Separuh Badan Bus Gosong

"Kalau yang di sini ada sekitar 15 orang. Baru yang di sini, yang di sana-sana itu beda lagi," kata Ali.

Ia sesekali menawarkan ojek sepedanya kepada orang-orang yang lewat.

"Ojek sepedanya bu..?," tanya Ali ke salah seorang ibu.

"Enggak pak, dekat cuma ke situ," jawab ibu tersebut.

Ali pun kembali duduk jongkok bersandar pada tiang.

Ali mengatakan, sekarang ini sangat jarang orang yang memakai ojek sepeda.

Pendapatan Ali pun tidak banyak, berkisar Rp30 ribu - Rp 50 ribu.

"Sekarang saja siang ini uangnya sudah habis dipakai makan tadi, sekarang belum dapat lagi," ungkap Ali.

Menurut Ali, ia tidak pernah mematok tarif untuk jasa ojek sepedanya.

"Berapa saja dikasihnya. Ga enak kalau minta. Kadang ada yang kasih tujuh ribu, 10 ribu, ada yang 15 ribu" kata Ali.

Penumpang Ali pun beragam, dari yang minta diantar berkeliling Kota Tua, sampai minta diantar pulang ke rumah.

"Ada yang minta diantar pulang ke rumahnya," kata Ali.

Ali mengatakan, keberadaan ojek sepeda saat ini sangan berbeda dengan zaman dahulu.

Dahulu ia bisa mengayuh sepeda mengantarkan penumpang sampai ke Monas (Monumen Nasional, Pasar Senen, dan Tanah Abang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved