Gempa Hari Ini

Mengapa Gempa Terus-Menerus 'Menggoyang' Pulau Jawa? Ini Analisa dan Potensi Ancamannya

Belum hilang kecemasan warga usai gempa Lebak, Banten, kini Jawa bagian barat kembali diguncang gempa. Kenapa gempa terus mengguncang?

Editor: Indan Kurnia Efendi
BMKG(GOOGLE MAPS)
Pusat gempa berkekuatan M6,4 pada Senin (23/1/2018) pukul 13.34 WIB. 

TRIBUNJABAR.CO.ID - Gempa terus berulang mengguncang Pulau Jawa bagian barat.

Gempa berkekuatan 6,1 berpusat di Barat Daya Kabupaten Sukabumi dan perbatasan Lebak, Banten, mengguncang keras Banten, DKI Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Sukabumi, Cianjur hingga Bandung dan Cirebon, Selasa (23/1/2018).

Belum hilang kecemasan warga di Pulau Jawa bagian barat atas terjadinya gempa di Lebak dan Sukabumi itu, hari Rabu (23/1/2018) Jawa bagian barat kembali diguncang gempa.

Laporan BMKG, gempa hari Rabu ini terjadi berkekuatan 5.1 SR berada di 72 kilometer barat daya, Lebak, Banten.

Posisi gempa berada di 7.19 Lintang Selatan (LS) dan 106.07 Bujur Timur pada kedalaman 42 km.

Baca: 5 Hal Terkait Upaya Antisipasi Sebelum Terjadi Gempa Bumi

Kenapa gempa terus mengguncang Pulau Jawa bagian barat?

Gempa hari Selasa dan Rabu ini menandai aktifnya zona tektonik di kawasan ini, sekaligus menjadi peringatan dampaknya bisa mencapai Jakarta.

Pusat gempa di bawah laut, di kedalaman 61-72 kilometer.

Berdasarkan kedalaman sumber dan dampaknya, kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono, gempa ini diduga terjadi di area intraslab atau dalam Lempeng Eurasia yang tertekan oleh pergerakan Lempeng Indo-Australia.

Baca: Begini Respons Suami Mpok Alpa Usai Video Curhat Istrinya Viral, Apa Tak Merasa Tersinggung?

Gempa yang terjadi pada Selasa (23/1) siang menyebabkan 842 rumah di Kabupaten Lebak, Banten, rusak.

”Ciri gempa intraslab menciptakan dampak guncangan cukup kuat. Gempa di zona ini seperti yang terjadi di Tasikmalaya pada 15 Desember 2017,” kata Daryono.

Sekalipun kekuatannya tergolong kecil, gempa ini dirasakan cukup kuat di sejumlah kota, seperti Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bogor.

Gempa juga dirasakan hingga Bandung, Lampung, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Aktivitas meningkat

Ahli geodesi kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan, aktivitas kegempaan di zona tektonik selatan Jawa akhir-akhir ini meningkat.

Ini terutama terdeteksi setelah gempa M 7,8 yang memicu tsunami di Pangandaran pada tahun 2006.

Gempa berkekuatan M 7,3 kemudian terjadi di selatan Tasikmalaya pada 2009 dan M 6,9 juga di selatan Tasikmalaya, dan terjadi lagi di Tasikmalaya pada pertengahan Desember 2017 dengan kekuatan M 6,9.

”Kami belum tahu kenapa ada peningkatan aktivitas di zona ini. Namun, dugaan kami ini bukan melepas energi sehingga mengurangi risiko gempa besar di Zona Megathrust selatan Selat Sunda-Selatan Jawa,” kata Irwan.

Baca: Tak Lolos Audisi Indonesian Idol, Kini Gabe Si Ganteng Bener Malah Ketiban Durian Runtuh

Ahli gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaya, juga mengkhawatirkan semakin aktifnya zona tektonik di selatan Jawa.

”Meskipun lokasi sumber gempanya berbeda-beda, kalau dari aspek mitigasi bencana, yang harus paling diperhitungkan yang Megathrust selatan Jawa,” katanya.

Peta Gempa Bumi Nasional 2017 mencantumkan potensi gempa berkekuatan M 8,7 bisa terjadi di selatan Jabar.

Namun, menurut kajian peneliti gempa ITB, jika segmen gempa selatan Jawa runtuh bersamaan, kekuatannya bisa mencapai M 9,2 atau setara gempa Aceh 2004.

Baca: Beredar di Medsos, Foto Surat BMKG Berisi Perintah Keluar Rumah, Ada Gempa Susulan, Hoaks Bro

Danny mengatakan, sekalipun data tentang potensi gempa besar di selatan Jawa semakin banyak ditemukan, belum bisa diprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi.

Apalagi, sebagian besar zona kegempaan di Indonesia belum terpetakan dengan baik.

Meski demikian, kata Danny, gempa kali ini harus menjadi peringatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bahaya gempa, termasuk Jakarta.

”Jakarta yang relatif jauh dari zona selatan Jawa ternyata juga terguncang kuat. Ini salah satunya dipicu oleh kondisi tanahnya yang lunak dengan batuan dasar yang sangat dalam sehingga memperkuat dampak guncangan gempa,” katanya. (tribunjakarta/Kompas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved