Begini Pengakuan 4 Korban Ambruknya Selasar Gedung BEI, Sarah Bilang
Ada beberapa korban luka yang membagikan cerita bagaimana mencekamnya detik-detik selasar tiba-tiba ambruk. Berikut pengakuan mereka.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Indan Kurnia Efendi
TRIBUNJABAR.CO.ID - Berdasarkan informasi yang diperoleh Tribunnews pada Senin (15/1/2018) siang, jumlah korban luka yang dirawat di rumah sakit akibat ambruknya selasar Tower II di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 77 orang.
Para korban itu dirawat di beberapa rumah sakit berbeda.
Melansir dari Tribunnews, sebanyak lima orang korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo harus dilakukan upaya operasi.
"Lukanya bervariasi ada luka sedang, ringan, berat. Ada beberapa yang harus dioperasi, ada lima korban yang harus dioperasi. Operasi mulai dari patah tulang," ujar Kepala RSAL Mintohardjo, dr Kolonel Laut Wiweka di Gedung UGD RSAL Mintohardjo, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2018).
Baca: VIDEO: Mengerikan! Orang-orang Berjatuhan Saat Lantai Mezzanine BEI Ambrol
Selain di RSAL, ada sebanyak 29 korban yang dibawa ke RS Siloam Jakarta dan ada yang sudah diperbolehkan pulang.
"Satu sudah boleh pulang. Di dalam masih 28 orang berarti," ujar Head Business Development RS Siloam, Triana Tambunan di RS Siloam Jakarta, Senin (15/1/2018).
Ada beberapa korban luka yang membagikan cerita bagaimana mencekamnya detik-detik selasar tiba-tiba ambruk.
Berikut Tribunjabar.co.id rangkum 4 pengakuan korban luka dari tragedi tersebut.
1. Berlindung di Bawah Meja
Seorang korban bernama Tuty (50) sama sekali tak menyangka balkon gedung pencakar langit tersebut bakal roboh menimpanya bersama puluhan orang lain.
"Enggak ada tanda-tanda. Tiba-tiba langsung 'brek' saja gitu," lanjut Tuty, yang bekerja di gedung BEI.
Begitu mendengar runtuhan dari bangunan BEI, Tuty langsung mengamankan dirinya di bawah meja di kedai kopi Starbucks.
"Sempat ketutupan itu reruntuhan, yang tutupi meja. Habis itu langsung saya coba dorong biar bisa keluar dari meja," ujar Tuty.
Tuty mengalami luka memar di pinggul dan tangannya.
Ia sempat mendapat perawatan di RS Siloam dan sekarang sudah diperbolehkan pihak rumah sakit pulang.
2. Sarah Bilang 'Amburadul Semua'
Satu korban lain yang menceritakan kengerian ambruknya selasar di Gedung BEI adalah mahasiswi Universitas Binadharma Palembang, Oktarina Sarah (20).
Saat itu, Sarah yang datang bersama 99 orang rombongan baru saja tiba di gedung BEI untuk mengikuti acara seminar.
Pihak keamanan pun melakukan pemeriksaan sebelum mereka bisa masuk ke dalam lobi gedung BEI.
"Kami datang kayak ada pengarahan gitu, baru sampe lobi tiba-tiba gedungnya jatuh, roboh," kata mahasiswi semester 5 fakultas Ekonomi itu di RSAL Mintohardjo, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2018).
Sarah yang saat itu berada di tengah-tengah lobi hanya berjarak sekitar 3 meter saja dari reruntuhan puing-puing yang jatuh.
Sebab itu, ia tak mengalami luka parah, hanya saja pergelangan kaki kirinya terkena pecahan kaca.
"Posisinya saya sudah di dalam lobi. Jarak reruntuhan puing dekat sekali. Saya hanya dijahit saja kaki kirinya. Kena pecahan kaca," ungkap Sarah.
Namun nasib nahas menimpa teman-temannya.
Ia menyatakan banyak yang mengalami luka patah di bagian tulang punggung, kaki, dan tangan.
"Amburadul semua. Tiba-tiba sudah ada yang gotong keluar. Tapi yang nolong orang dari luar semua. Kami udah jatuh semua. Cuma kayaknya 15 orang yang selamat. Teman-teman kebanyakan patah tulang punggung, kaki, tangan. Itu informasi dari grup WA," ujarnya.
3. Pengakuan Fransisca
Fransisca (20), korban runtuhnya mezanin Tower 2 Bursa Efek Indonesia (BEI) menuturkan mendengar bunyi retakan sebelum lantai tersebut ambrol.
Bersama sejumlah rekannya yang berasal dari mahasiswa Bina Darma, Palembang, Sumatera Selatan, Fransisca datang ke Gedung BEI untuk melakukan kunjungan kampus sekitar pukul 13.00.
Fransisca mengatakan, ada 95 mahasiswa yang saat itu ikut ke Gedung BEI. Puluhan mahasiwa itu diajak dosen mereka ke sebuah ruangan yang ada di lantai II gedung.
Saat tiba di lantai II, Fransisca mendengar suara retakan dan lantai tersebut ambrol seketika.
"Kami diantar ke atas cari ruangan. Langung naik ke atas, tetapi ada suara krek, terus langsung jatuh," ujar Fransisca saat ditemui di Rumah Sakit Mintohardjo, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2018).
Fransisca mengatakan, dirinya dan sejumlah temannya jatuh tepat di kolam air mancur. Seluruh tubuhnya basah, tetapi tidak menderita luka.
Dia mengatakan, saat terjatuh, sejumlah petugas keamanan gedung dan pengunjung lain ikut membantu menggendongnya ke tempat yang lebih aman.
4. Alfiana Mendengar Suara Ambruk
Alfiana merupakan satu korban yang juga mahasiswa Bina Dharma, Palembang, Sumatera Selatan.
Ia dan teman-temannya sesama mahasiswa berada di Gedung Bursa Efek Indonesia dalam rangka melakukan kunjungan kampus.
Menurutnya, insiden terjadi ketika sebagian rombongan perempuan menaiki lantai dua gedung.
"Kayak ada suara ambruk, kayak ada yang gede gitu jatuh," ujar Alfiana saat diwawancarai wartawan Kompas TV, Senin (15/1/2017).
Mahasiswi dengan jas almamater berwarna biru itu menjelaskan, lantai yang diinjaknya ambruk.
Alfiana menambahkan, ia dan teman-temannya langsung jatuh dari ketinggian sekira 2 hingga 3 meter.
"Malah lantai yang kami injak ambruk. Ada yang tertimpa sisa-sisa lantai," ujarnya.
Baca: Benarkah Marion Jola Pernah Operasi Plastik? Coba Lihat Video Pengakuannya Ini
Mahasiswi yang mengenakan hijab itu juga mengatakan, ia langsung membantu korban lain meski kepalanya terasa pusing.
"Beberapa detik langsung bantuin orang," ujarnya.
Para korban, kata Alfiana, banyak yang mengalami luka di bagian kaki dan tangan. Ada juga yang kepalanya tertimpa reruntuhan.
Akibat insiden ambruknya selasar atap, Alfiana menderita luka ringan.
Ia sudah mendapat perawatan dari tim medis dan diperbolehkan pulang.
"Sudah boleh pulang, nanti dikasih obat nyeri. Soalnya kata dokter besok pasti kerasa nyerinya," ujarnya.
Alfiana juga menjelaskan, ada temannya yang mengalami gangguan ingatan pascainsiden.
Temannya itu tertimpa reruntuhan di bagian kepala dan kini sedang dioperasi.
"Ada yang satu sampai lupa, kejadian sebelum kita study. Bahkan lupa password HP, tapi masih ingat saya," ujarnya.
(Tribun Jabar/Kompas/Tribunnews/Warta Kota)