Rajut Komunikasi dengan PDIP, Pengamat LKPP: Ridwan Kamil Harus Hindari Blunder

Jalinan komunikasi politik yang dilakukan oleh Ridwan Kamil dengan PDI Perjuangan bukanlah jalinan komunikasi politik anyar.

Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Yudha Maulana
ISTIMEWA
Pengamat Komunikasi Politik sekaligus Direktur Lingkar Kajian Komunikasi Politik dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung, Adiyana Slamet. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ragil Wisnu Saputra

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Jalinan komunikasi politik yang dilakukan oleh Ridwan Kamil dengan PDI Perjuangan bukanlah jalinan komunikasi politik anyar.

Emil sapaan akrab Wali Kota Bandung itu sudah sangat lama melakukan komunikasi politik dengan partai berlambang banteng itu. Sehingga, kedatangan Emil ke DPP PDI Perjuangan pada Rabu (3/1/2017) adalah kelanjutan proses komunikasi politik sebelumnya. 

Pengamat Komunikasi Politik yang juga Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Komunikasi Politik (LKKP), Adiyana Slamet mengatakan, jika proses komunikasi yang dibangun Emil dengan PDI Perjuangan per hari ini adalah bentuk rajutan karena adanya loss komunikasi politik.

Loss Komunikasi politik itu diakibatkan dinamika politik yang sangat cepat di awal hembusan siapa bakal calon yang akan maju pada Pilgub Jabar 2018. 

"Ini adalah bentuk rajutan kembali proses komunikasi politik yang lama. Loss Komunikasi politik yang kemarin oleh Emil dengan PDI Perjuangan semakin melebar akibat adanya proses deklarasi dengan parpol lain," ucap Adiyana kepada Tribun via sambungan telepon, kemarin petang (3/1/2018).

Menurut Adiyana, Emil sebtulnya sedari awal sudah didorong oleh PDI Perjuangan. Pada konteks itu, maka emil sebetulnya mendapat sebuah sinyal keuntungan. Kendati demikian, kata dia, PDI Perjuangan tak hanya melihat segi populatitas dan elektabilitas di diri Emil, melainkan juga perpektif policy choicenya. 

Baca: Jatuh Terpuruk, Helpiyani Kembali Bangkit dengan AMZ Catering

"PDI Perjuangan juga harus berkaca pada Pilgub 2008 lalu. Dimana calon yang akan diusung tak hanya tinggi popularitas dan elektabilitasnya saja. Maka dari itu, jika Emil yang akan diuusng, maka wakilnya harus merepresentasikan kader pengikat di 27 kabupaten/kota," katanya. 

Adiyana mengatakan, yang dimaksud dengan kader pengikat itu adalah kader yang harus merepresentasikan Jawa Barat dan struktur parpol itu sendiri. Dimana, kata dia, ada beberapa kader pengikat yang memang sudah merepresantasikan itu. Diantaranya Abdy Yuhana dan Puti Guntur Soekarno.

Abdy Yuhana sendiri, kata Adiyana, salah satu kader yang menjabat sebagi Sekjen DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dan memiliki kinerja yang bagus. Itu pun sempat diamini Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Sedangkan Puti memiliki trah darah dari Bung Karno, Sang Proklamator. 

"Hanya permasalahannya jika Puti yang diusungkan mendampingi Emil, maka serangannya akan dahsyat. Karena seorang perempuan masih dianggap tidak mampu untuk memimpin daerah. Padahal tidak seperti itu. Jadi yang saat ini dinilai pantas mendampingi Emil adalah Abdy," katanya. 

Baca: Debo Idola Cilik Coba Curi Hati Vanesha Prescilia dalam Film Dilan

Dengan dipasangkan dengan kader pengikat parpol, maka elektabilitas dan popularitas Emil jika diusung PDI Perjuangan akan bisa meyakinkan kurang lebih 33 juta daftar pemilih tetap (DPT) pada Pilgub Jabar 2018. Dengan ditopang mesin partai itu sendiri, maka saat meyakinkan DPT akan berjalan dengan mulus. 

Akan tetapi Emil masih tetap memiliki kerugian dalam konteks ini jika tidak didampingi kader pengikat parpol. Dimana saat kembali merajut komunikasi politik, pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur waktunya semakin menipis.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved