Eksklusif Tribun Jabar

Pom Bensin Mini Kian Marak, Pemilik Sebut Lebih Praktis dan Modal Cepat Kembali

dalam sehari ia mampu menjual sekitar 180 liter bensin. Kini, ia hanya menjual bensin jenis pertalite dengan harga Rp 8.500 per liter

Penulis: Isa Rian Fadilah | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Pengendara mengisi motornya dengan bahan bakar pertalite di pom mini di Kabupaten Bandung, Jumat (24/11). Usaha Pom Mini kini marak di pinggiran jalan yang jauh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) guna memudahkan pengendara bermotor mengisi bahan bakar. Harga tiap mesin ini bervariasi mulai Rp 15 juta hingga Rp 35 juta. 

Laporan Tim Liputan Tribun Jabar

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Penjualan bahan bakar minyak (BBM) melalui pom mini makin marak di wilayah Bandung dan sekitarnya.

Bisnis pom mini dinilai cukup menjanjikan, bisa mengembalikan modal secara cepat.

Maraknya pom mini ini terlihat di Jalan Melong Nyontrol, Melong Tengah, Singosari Raya, Kebon Kopi, hingga Rancabentang, Kota Cimahi.

Di jalan sepanjang sekitar 2 kilometer itu, terdapat lima belas pom bensin mini. Sepanjang jalur-jalur tersebut, pom bensin mini terbanyak terdapat di Jalan Melong Tengah, yakni delapan pom.

Empat pom di antaranya berada di Jalan Singosari-Kebon Kopi dan tiga pom lainnya tersebar di Jalan Rancabentang.

Chukay (38), pemilik pom bensin mini di Kebon Kopi, mengatakan, ia menjual bensin menggunakan mesin mini sejak satu tahun lalu.

Sebelumnya, ia menjual bensin secara eceran menggunakan botol. Mesin penampung bensin yang dibelinya seharga Rp 15 juta itu terbukti meningkatkan penjualan bensin.

"Sekarang saya bisa menghabiskan 6 jeriken per hari. Per jeriken isinya 30 liter. Sehari bisa dua sampai tiga kali ke SPBU buat beli bensin," ujar dia saat ditemui di Jalan Kebon Kopi, Cimahi, beberapa waktu lalu.

Jika dihitung per liter, dalam sehari ia mampu menjual sekitar 180 liter bensin. Kini, ia hanya menjual bensin jenis pertalite dengan harga Rp 8.500 per liter dan mengambil keuntungan Rp 1.000 per liter.

Baca: Jokowi: BPN Terus Kerja Siang dan Malam, Minggu juga Kerja, Biar Kapok

"Lebih praktis aja pakai ini. Kalau ini orang beli Rp 5.000 bisa. Kalau pakai botol enggak bisa beli Rp 5.000. Banyak juga anak-anak sini yang beli Rp 5.000," ucapnya.

Makin banyaknya pom mini saat ini, pendapatannya berkurang dibandingkan satu tahun lalu saat pertama membuka pom mini.

"Kalau diperhatikan, orang lebih tertarik beli di pom mini dibanding saat saya jual pakai botol. Cepat balik modalnya. Alhamdulillah," katanya. Untuk bisa menjual bensin, ia harus meminta izin kepada para tetangga terdekat dan kelurahan.

Waryo (42), pemilik pom mini asal Melong Tengah, mengatakan, ia baru menjual bensin selama dua minggu.

Ia harus menunggu selama dua minggu untuk mendapat izin menjual bensin di tempatnya berjualan yang dikontraknya.

"Prosesnya (mendapat izin) ribet. Saya minta tanda tangan ke 10 tetangga di sebelah kiri dan 10 tetangga sebelah kanan, lalu ke RT, RW, kelurahan," ujarnya saat ditemui di tempatnya berjualan, belum lama ini.

Waryo membeli pom mini berdaya tampung 200 liter beserta alat pemadam api ringan (APAR) seharga Rp 9,5 juta.

Baca: Dijuluki Boneka Hidup, Wanita ini Bongkar Wajah Aslinya, Ternyata. . . . .

Ia hanya menjual pertalite dengan harga Rp 8.500 per liter. Dalam sehari, rata-rata ia dapat menjual 30 liter.

"Di sini jalur mati, enggak banyak kendaraan yang lewat. Saya ambil untung seribu itu juga belum kepotong listrik," katanya.

Setiap tiga hari, ia mengecek pom mini agar tetap bisa mengeluarkan takaran yang pas. "Ya, memang lama balik modalnya. Sambil jaga warung juga. Di sini orang sekalian berhenti bisa beli bensin," ucapnya.

Neneng (43), pemilik pom mini di Melong Tengah, pun baru beroperasi selama satu bulan. Ia melanjutkan usaha sang adik yang membuka cabang pom mini di tempat lain.

"Sehari saya bisa menjual sekitar 70 liter tapi enggak tentu," kata dia saat ditemui di lokasi, beberapa waktu lalu. Ia menjual dua jenis BBM, yakni pertalite seharga Rp 8.500 per liter dan pertamax Rp 9.500 per liter.

Menurut Neneng, meski mengontrak rumah, ia tak mendapat kesulitan dalam mengurus perizinan membuka pom mini di sana.

"Di sini ramainya kadang sore, kadang pagi. Kalau hujan mah sepi terus," ucap Neneng, yang setiap hari membeli dua jeriken BBM dari SPBU terdekat.

Yati (47), pemilik pom mini di Jalan Melong Nyontrol, mengaku tertarik untuk membuka pom mini untuk memaksimalkan tempat kosong di rumahnya.

Baca: Waduh! Jenazah Terpaksa Digotong Seharian Menempuh Jarak 36 Kilometer

Ia telah delapan bulan membuka pom mini. Ia pun membuka usaha isi ulang air galon di rumahnya.

"Awalnya saya lewat di Lembang, ada pom mini. Pas nyari di internet ternyata banyak. Setelah saya punya, malah ada yang nawarin (mesin) ke sini suruh ganti mesinnya," ujar dia saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.

Ia membeli pom mini seharga Rp 13 juta dengan daya tampung 200 liter. Dalam sehari, rata-rata ia mampu sebanyak 20 liter pertalite. Ia mematok harga Rp 9.000 untuk satu liter.

"Di sini lebih mahal Rp 1.500, tapi ada aja yang beli. Orang sambil lewat ke sini mungkin malas ngantre di SPBU," ucapnya.

"Saya sudah ganti sparepart-nya sekali. Yang dulu saya harus kalibrasi setiap hari. Yang baru ini modelnya kayak pompa, ukurannya tepat terus," katanya.

Ia mengatakan, hasil penjualan bensin selama delapan bulan belum cukup untuk menutupi modal membeli pom mini. Menurutnya, bisnis isi ulang air galon memberinya keuntungan lebih besar ketimbang pom mini.

"Balik modalnya lama ini mah. Ya, lumayan lah buat tambah-tambah usaha. Punya pegawai juga dan ini tidak menyita waktu juga," ujarnya. (*)


Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved