Menelisik Foto Jurnalistik yang Tak Pernah Dipublikasikan di Festival Fotografi Kompas 2017

Sebanyak 80 foto tersebut tidak sekadar dipajang begitu saja, tetapi telah melewati kurasi yang cukup panjang sehingga menampilkan foto terbaik.

Penulis: Fasko dehotman | Editor: Jannisha Rosmana Dewi
TRIBUNJABAR.CO.ID/FASKO DEHOTMAN
Tampak antusias sejumlah pengunjung saat memperhatikan foto yang belum dipublikasikan karya pewarta foto Harian Kompas di Festival Fotografi Kompas 2017. 


Selain itu, terdapat pula komunitas fotografi Bandung dari berbagai genre, yang telah bersedia memeriahkan acara ini.

Komunitas-komunitas tersebut di antaranya adalah Photo's Speak, Indonesian Rainbow, PAF Bandung, Perpustakaan Fotografi Keliling, dan lain-lain.

Sebagai puncak acara, pada Minggu (19/11/2017) diselenggarakan talkshow buku yang bertajuk "Literasi Visual di Zaman Digital" dengan pembicara dari Perpustakaan Fotografi Keliling dan Bungkus.

Kemudian ada pula workshop Pemotretan Foto Produk yang dibawakan oleh Herry Tjiang.

Lucky Fransiska, Ketua Penyelenggara Festival Fotografi Kompas 2017 di Bandung, menuturkan terselenggaranya acara ini berawal dari buku "Unpublish" yang terbit 2014 lalu.

Buku tersebut berisikan 560 foto karya 22 pewarta foto Kompas yang tidak dipublikasikan di koran Harian Kompas.

Sejumlah foto yang belum pernah dipublikasikan karya pewarta foto Harian Kompas yang terpampang rapi di sudut dinding.
Sejumlah foto yang belum pernah dipublikasikan karya pewarta foto Harian Kompas yang terpampang rapi di sudut dinding. (TRIBUNJABAR.CO.ID/FASKO DEHOTMAN)

"Berhubung apresiasi publik fotografi, terutama kalangan jurnalis foto, sangat bagus terhadap penerbitan buku tersebut, Kami dari Harian Kompas merespons balik apresiasi tersebut dengan menggelar acara Festival Fotografi Kompas 2017," ujar Lucky Fransiska kepada Tribun Jabar, Sabtu (18/11/2017).

Lucky menambahkan, dari 560 foto yang terdapat di buku Unpublish, hanya sekitar 80 foto yang dipampang pada Festival Fotografi Kompas 2017 di Bandung.


Lucky menegaskan, sebanyak 80 foto tersebut tidak sekadar dipajang begitu saja, tetapi telah melewati kurasi yang cukup panjang, sehingga menampilkan foto yang terbaik.

Dari penjelasan Lucky, alasan Harian Kompas memilih konsep festival yaitu agar para pegiat fotografi berinteraksi secara lebih leluasa.

"Singkatnya, festival ini juga menjadi ajang kontestasi gagasan dan ide fotografi antar para pegiat fotografi Indonesia," ucap Lucky.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved