Heri Coet, Dulu Keluar Masuk Penjara, Kini Sukses Jadi Pengusaha, Anak Buahnya 100 Mantan Narapidana

"Saudara saya sendiri, yaitu paman saya saja tidak mau menerima saya menjadi pekerjanya karena status saya," kata Heri

Penulis: Daniel Andreand Damanik | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Daniel Andreand Damanik
Heri Coet (45), mantan narapidana yang sudah menciptakan sejumlah lapangan pekerjaan bagi mantan narapidana. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Daniel Andreand Damanik

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Status sebagai mantan narapidana, seringkali membuat Asep Djuheri (45) atau populer dengan nama Heri Coet, sulit diterima masyarakat.

Sejak tahun 1995, Heri Coet sudah merasakan dinginnya sel tahanan dan sudah tujuh kali keluar masuk penjara.

Menyandang status residivis, menurut Heri, sangat menghalangi dirinya untuk berkarya dan diterima di lingkungan masyarakat.

Baca: Sudah Dipayungi Dua Partai, Nurul Arifin Masih Berharap Ada Partai Lain yang Ikut Mengusung Dirinya

"Saudara saya sendiri, yaitu paman saya saja tidak mau menerima saya menjadi pekerjanya karena status saya," kata Heri saat di temui Tribun Jabar di Jalan Sunda, Kota Bandung beberapa waktu yang lalu.


Bertempat di Jalan Sunda, Kota Bandung, Heri membuka sejumlah toko yang bergerak di bidang desain grafis, olahraga kick boxing, kuliner, distro, dan motor sport.

Uniknya, rata-rata yang mengelola usaha tersebut adalah para mantan residivis atau mantan narapidana dari berbagai kasus kriminal.

Mantan narapidana yang bergabung mencapai 100 orang, dengan beragam kasus pidana mulai dari narkoba, pencurian, perampokan, hingga kasus pembunuhan.

"Ada persyaratan jika ingin bergabung yaitu mantan narapidana dan harus berjanji tidak akan masuk ke dunia kriminal lagi," kata Heri di Cafe X-Residivist yang dimilikinya di Jalan Sunda, Kota Bandung.

Tidak percaya diri setelah bebas dari penjara, kata Heri membuat sejumlah residivis bingung dan bertanya-tanya, apakah bisa diterima masyarakat.


"Kami optimistis, sampai saat ini terus berkarya dan sudah diterima masyarakat," kata Heri.

Hasil pakaian yang diproduksinya, dipasarkan di dalam lapas-lapas dan rumah tahanan di Kota Bandung.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved