Misi Walet Hitam: Kisah Intelijen Polri Tangkap Peracik Bom Bali, 3 Tahun Lacak ''Nomor Cantik'' (1)

Masih ingat kisah penangkapan peracik bom termasyur satu dekade lalu, pria asal Malaysia bernama Dr Azhari pada 2005?

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Sampul buku "Misi Walet Hitam" 

TRIBUNJABAR.CO.ID- Masih ingat film penangkapan Osama Bin Laden, "Code Of Geronimo" dan "Zero Dark Thirty"?

Film itu membuat masyarakat dunia tercengang karena berdasarkan kisah nyata penangkapan Osama di Pakistan.

Teknologi pengintaian intelejen Amerika Serikat, CIA tersaji di dua film itu.

Kecanggihan teknologi intelejen CIA hingga mata-mata yang melakukan pengintaian di sekitar rumah yang diyakini ditinggali orang paling diburu Paman Sam itu, pascatragedi 911.

Terlepas dari apakah film itu mendekati benar atau tidak, kisah usaha perburuan Osama bin Laden ‎hampir serupa dialami Polri.

Komjen Arif Wachjunadi yang kini menjabat Sekretaris Utama Lemhanas RI, menulis kisah-kisah perburuan peracik bom kenamaan, Dr Azhari dalam buku Misi Walet Hitam, Menguak Misteri Teroris Dr Azhari yang rilis belum lama ini.

Masih ingat kisah penangkapan peracik bom termasyur satu dekade lalu, pria asal Malaysia bernama Dr Azhari pada 2005? Ia tewas dalam baku tembang dengan polisi di Batu, Malang Jawa Timur.

Sebelum polisi menemukan tempat persembunyiannya, perjuangan panjang dilakukan polisi sejak gegernya Bom Bali I, di Legian yang menewaskan ratusan orang.

Dr Azhari berperan sebagai peracik untuk tragedi teror bom itu. ‎Dr Azhari juga berada di balik tragedi teror bom di Hotel JW Marriot hingga Kedubes Australia. Ia masih berperan sebagai peracik bom.

Baca: Luar Biasa! Pilot Ini Sukses Mendaratkan Pesawat yang Roda Depannya Hilang

Dalam buku Misi Walet Hitam itu, Arif Wachjunadi mengisahkan perjalanan panjang Polri saat mengakhiri sepak terjang Dr Azhari, pria asal Malaysia yang sempat mengenyam pendidikan peracikan bom di Kandahar, Afghanistan bersama Osama bin Laden.

Walet Hitam adalah tim terdiri dari 12 polisi yang dididik untuk penanggulangan teror, dibentuk pada 2003 pascabom Bali I. ‎

Dalam buku itu, awalnya Dr Azhari dikenal sebagai sosok paling misterius dalam sepak terjangnya terlibat dalam serangkaian kasus bom di tanah air.

Dari sejumlah rangkaian kasus bom mulai dari Bom Bali 1, Hotel JW Marriot, Kedubes Australia hingga Bom Bali II, polri berkesimpulan bahwa racikan bom di tiap kejadian memiliki kesamaan.

Dari pemeriksaan pada sejumlah pelaku teror, semuanya mengarah pada satu namama Dr Azhari.

Perburuan Dr Azhari melibatkan Gories Mere bersama tim lain seperti Surya Darma, Petrus Golose, Marhinus Hukom, Rizo Amelza Daniel, Idham Aziz, Ignasius Sigit, Wahyu Hadiningrat, Reza Arif, Dhani Arie dan tim stricking force, Faisal Tayub, Nicolasus Eko, Mandung dan tim lidik serta Bekto Suprapto.

Dr Azhari terdeteksi berada di Malang setelah tim IT Mabes Polri pada 28 Oktober 2005 menemukan nomor ponsel mencurigakan.

Setelah pengintaian sinyal, nomor tersebut terdeteksi berada di Pekalongan, Jawa Tengah. Belakangan, diketahui orang itu adalah Abdul Aziz Shamakh, seorang guru komputer di SMA Al Irsyad.

Baca: Bikin Baper! Persib Bandung Kalah, Bobotoh Bernyanyi Sambil Teteskan Air Mata

Dari pengintaian terhadap nomor itu, polisi menemukan‎ sejumlah nama. Salah satunya Reno alias Tedi alias Aji alias Iwan alias Ario Sudarso alias Dayat alias Suparjo Dwi Anggoro alias Mistam Husamuddin.

Buku itu menyebutkan, Reno diyakini sebagai orang kepercayaan Noordin M Top dan Dr Azhari.

Pengintaian terhadap nomor telpon itu dilakukan lebih intens. Reno dengan nomor telponnya terlacak di sejumlah daerah.

Polri akhirnya bekerja sama dengan provider telekomunikasi. Upayanya membuahkan hasil, polisi berhasil melacak posisi ponsel Reno.

"Polri butuh tiga tahun menemukan nomor ponsel Reno," ujar Arif di buku itu.

Dari pengintaian itu, polisi berhasil menemukan identitas lengkap Reno.

"Tim investigasi melabeli nomor ponsel milik Reno dengan "nomor cantik sembari melakukan pengintaian elektronik selama 24 jam nonstop," ujar Arif.

Dengan mengintai nomor telpon itu, penyelidikan memasuki titik terang.

"Ada beberapa nomor ponsel yang dihubungi nomor cantik. Salah satunya milik seseorang berdialek Malaysia di kawasan Batu, Malang, Jawa Timur. Nomor tersebut selanjutnya dilabeli dengan 'nomor cantik dan menarilk hati'," kata Arif.

Dengan informasi yang mulai menemukan titik terang, polisi menurunkan belasan petugas dari Tim Surveillance dan Tim Direction Finder yang diterjunkan ke Malang dan Semarang.

Baca: Tiga Ruangan Kelas Ambruk, Siswa SMPN 3 Sukaresmi Terpaksa Belajar di Sekolah Lain

Melengkapi penyelidikan ini, dilakukan kegiatan mata-mata. Tim melacak nomor ponsel yang diduga milik teroris.

Di buku itu, Petrus Golose memimpin Tim Surveillance. Saat memulai penyelidikan, ia tetiba ingat sebuah bisikan dari Rais, saudara ipar Noordin M Top yang sudah ditangkap.

"Pak Petrus, kalau mau cari Dr Azhari cari di tempat dingin," ujar Rais seperti ditulis di buku itu.

Penyelidikan semakin menemukan titik terang. Nomor yang disebut polisi bernama "nomor cantilk dan menarik hati" itu terlacak di sebuah rumah di Perumahan Flamboyan, Batu Malang.

Nomor yang diduga milik Dr Azhari itu terlacak statis di rumah itu.

Rumah itu disewa oleh Cholily dan Arman. Keduanya adalah yang menjaga dan memenuhi permintaan Dr Azhari dan Noordin M Top selama di rumah. Keduanya mengaku sebagai mahasiswa. ‎

"Di Batu, Dr Azhari bukan bersantai. Dia justru sibuk menyiapkan puluhan bom untuk serangan malam Natal 2005 ditemani dua muridnya, Cholily dan Arman," tulis Arif.

IT Mabes Polri kembali berhasil melacak aktivitas elektronik kedua pengawal Dr Azhari itu lewat teknologi kekinian seperti GSM interceptor, GPS, kamera pengintai, alat penyadap, perekam mikro dan pengacak sinyal.

"Selama 24 jam nonstop, sinyal kedua orang itu dipantai melalui satelit. Kode-kode rhasia yang mereka gunakan dianalisi secara mendalam," tulis Arif Wachjunadi.

Baca: Beredar Foto Diduga Umi Pipik Rangkul Sunu, Teman dekat dan Pakar Beberkan Hal Mengejutkan

Selain pendekatan techno intelligence, Tim Mabes Polri juga menggunakan human intelligence. Puluhan petugas Intel disebat untuk pembuntutan di Batu.

Polisi juga menyewa rumah di sekitar rumah yang ditinggal Dr Azhari. Setiap hari, polisi memantau dan membuntuti orang-orang penghuni rumah tersebut.

"Petugas tim Surveillance melakukan berbagai teknik penyamaran. Ada yang sebagai gelandangan hingga pedagang keliling. Mereka berseliweran di depan rumah target untuk mendapatkan informasi berharga," ujarnya.

Setelah informasi valid 100 persen Dr Azhari berada di rumah itu, polisi lantas menyewa rumah sangat dekat dengan rumah yang ditinggal Dr Azhari.

"Pada 31 Oktober 2005, posko utama tim investigasi digeser dari Denpasar ke Semarang. Semua alat pengintai dibawa," ujarnya.

Baca: Hujan dan Petir Masih Mengintai Wilayah Bandung Raya

Idul Fitri, 4 November 2003 tiba. Pascalebaran, aktivitas "nomor cantik dan nomor cantik menarik hati" meningkat. Sering terdengar percakapan dalam logat Melayu dan Indonesia.

"Fakta ini membuat Tim Investigasi semakin yakin ada teroris asal Malaysia di Malang dan Semarang. Hanya, tim investigasi belum bisa memastikan apakah Dr Azhari atau Noordin M Tip yang berada di Malang," tulis Arif Wachjunadi di buku itu halaman 242.

Untuk meyakinkan, Sabtu 5 November 2005, Bekto Suprapto menghubungi Komandan Satuan Pasukan Terlatih Polri dari Mako Teratai, mereka dinamakan Crisis Response Team (CRT) Walet Hitam untuk datang ke Malang.

"Misi penyerapan Dr Azhari adalah misi pertama CRT Walet hitam yang dibentuk 2003," ujarnya. Tim itu meurpakan satuan spesialisasi striking force.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved