Mahasiswa ITB Pembuat Pesawat Lipat, Raih Best Design Kontes Robot Terbang Indonesia 2017

Keunikannya terletak pada sayapnya yang bisa dilipat, sehingga dapat dibawa kemana-mana secara mudah.

Penulis: Theofilus Richard | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Theofilus Richard
Beberapa anggota Tim Akash Adhyaksa dari Divisi Technology Development, Aksantara ITB, di Sabuga ITB, Bandung, Jumat (3/11/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Kompetisi Robot Terbang Indonesia 2017 telah digelar pada 16-21 Oktober 2017 di Pasuruan.

Kompetisi tersebut diikuti lebih dari 70 tim yang berasal lebih dari 30 perguruan tinggi se-Indonesia.

Di antara pesawat tanpa awak karya mahasiswa Indonesia tersebut, ada sebuah pesawat yang cukup mencuri perhatian juri, yaitu pesawat karya Tim Akash Adhyaksa dari Divisi Technology Development, Aksantara ITB.

Baca: Kaki dan Tangan Tak Utuh, Kakek Ini Tetap Pandai Silat dan Tabuh Alat Musik

Keunikannya terletak pada sayapnya yang bisa dilipat, sehingga dapat dibawa kemana-mana secara mudah.

Untuk membawa pesawat ini, cukup dimasukan ke dalam sebuah tabung yang panjangnya sekira 1,5 meter.

Panjang pesawat ini sekira 1,2 meter dan panjang sayapnya sekira 1,5 meter.

Untuk peluncurannya pun menggunakan tabung yang nantinya akan mendorong pesawat terbang keluar tabung.

Sayap pesawat akan terbuka ketika sudah terbang.


"Pertama memudahkan pembawaan, kedua, orang tanpa kemmapuan khusus ia bisa mengoperasikan. Pesawat bisa diluncurkan di mana pun, serta tidak membutuhkan waktu lama untuk peluncuran, " ujar Tegar, seorang anggota Tim Akash Adhyaksa kepada Tribun Jabar di Sabuga ITB, Bandung, Jumat (3/11/2017).

Tim Akash Adhyaksa membutuhkan waktu sekira delapan bulan untuk KRTI 2017.

Dalam waktu delapan bulan, Tim Akash Adhyaksa melakukan berbagai riset dan percobaan untuk menguji sistem pesawat tersebut.

Pesawat ini menggunakan coordinated airway system untuk mengoneksikan pesawat relay dengan pesawat misi.

"Selama delapan bulan meriset foldingnya (sayap lipat). Kami menggunakan coordinated airway system, kemudian dikontrol dalam ground control station.


Fadli, anggota Tim Akash Adhyaksa lainnya mengatakan prestasi ini adalah bukti bahwa anak muda Indonesia bisa berinovasi dalam dunia teknologi.

"Kami merasa bangga dengan mengembangkan teknologi yang dikembamgkan negara maju. Anak Indonesia itu bisa mengejar ketertinggalan teknologi dari negara maju," ujarnya.

Dalam pembuatan pesawat ini, Tim Akash Adhyaksa mendapatkan bantuan keuangan dari LK ITB, FTMD ITB, dan beberapa perusahaan swasta.

Pesawat lipat Akash Adhyaksa mendapatkan penghargaan Best Design.


Atas inovasinya tersebut, Tim Akash Adhyaksa diganjar piala juara dua, sertifikat penghargaan, dan total uang pembinaan sebesar Rp 6juta.

Keberhasilan tim ini dalam membuat pesawat lipat, adalah hasil kerja sama antar anggota Tim Akash Adhyaksa yang terdiri dari Nathan,Tobias Samuel, Tegar Satria, Reza Prama, Nurhayyan, Rizqina Rifqi, Sofia Karina, Rahmat Aria, Ahmad Fadlillah, M. Naufalino Fadel, Navila Akhsanil, Muhammad Hanif, Irsyad Lukman, Azizul Hanif, Luthfi Irawan, Umar Al- Faruqi, serta Tjia Johan.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved