Gateball, Olahraga Perpaduan Antara Golf dan Catur. Menyebar Seperti Virus

Gateball dimainkan di sebidang lapangan persegi panjang berukuran 15 x 20 meter. Waktu permainan berlangsung selama 30 menit.

Penulis: Isa Rian Fadilah | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Isa Rian Fadilah
Seorang pemain memukul bola dalam latihan gateball kelas beregu di Taman Pramuka Bandung, Kota Bandung, Selasa (17/10/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isa Rian Fadilah

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Taman Pramuka Bandung tampak lebih 'hidup' setiap Selasa.

Betapa tidak, di hari tersebut puluhan orang bergantian bermain gateball. Sepintas permainan ini seperti golf. Bedanya, bukan lubang yang jadi target, melainkan gawang.

Gateball dimainkan di sebidang lapangan persegi panjang berukuran 15 x 20 meter. Waktu permainan berlangsung selama 30 menit.

Gateball bisa dimainkan satu lawan satu, dua lawan dua, tiga lawan tiga, dan lima lawan lima.

Selasa (17/10/2017) itu, Taman Pramuka dibuat menjadi dua bidang lapangan gateball. Keduanya digunakan secara bersamaan untuk game kelas beregu dan tunggal.


Lantaran Bandung belum memilki lapangan khusus Gateball, para pemain gateball pun harus berlatih di tempat-tempat berbeda setiap harinya.

Selain Taman Pramuka, tempat lain yang mereka gunakan untuk bermain Gateball di antaranya Sukaluyu, Kimbrun, Pusjatan, Polman Bandung, Puskim, dan Lembang.

Menurut wakil ketua 2 Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (Pergatsi) Jabar Yucke Yanuar, permainan ini merupakan perpaduan antara golf dan catur.

Baca: Kisah Pendaki Meninggal Di Pelukan Gunung Carstenz, Dia Seperti Tidur Nyenyak

Pemain gateball menggunakan stik berbentuk mirip palu sepanjang 110 sentimeter untuk memukul bola dan memasukkannya ke tiga buah gate berupa gawang kecil.

Mereka pun perlu strategi dinamis untuk mencegah lawan memasukkan bola.

Gateball di Bandung memang identik dengan orangtua. Alasan mereka memilih Gateball untuk berolahraga beragam.

Tak ada tuntutan untuk berlari dan tak adanya kontak fisik membuat permainan ini cocok dengan kondisi fisik para pemain yang sudah berusia lanjut sekali pun.


"Di sini pemain paling senior umurnya 75 tahun," ujar Yucke, saat ditemui di Taman Pramuka, Selasa (17/10/2017).

Ketika Tribun berkunjung ke Taman Pramuka pada Selasa (17/10/2017), tampak puluhan orang tengah berlatih.

Masing-masing telah memasang posisi tubuh siap sembari memegang stik dan alat penghitung skor yang melingkar di tangan pemain layaknya jam tangan.

Baca: Kisah Pemilik Warteg Ditertawakan Karena Doakan Jokowi Jadi Presiden

Komunikasi amat penting dalam permainan ini. Dalam permainan beregu, setiap tim yang diperkuat lima pemain dipimpin oleh satu orang kapten.

Setiap pemain bermain sesuai instruksi seorang kapten, apakah memasukkan bola atau membuat bola lawan jauh dari sasaran.

Kebersamaan para pemain gateball tak hanya terasa di atas lapangan. Di luar lapangan setelah bermain, kedekatan satu sama lain terlihat ketika mereka menyantap makan siang bersama.

Rehat ini mereka manfaatkan untuk mengumpulkan energi untuk kembali bermain gateball.


Latihan ini merupakan latihan pertama setelah mereka mengikuti Kejurnas Gateball di Makassar awal Oktober lalu.

Berkat ketekunan mereka dalam berlatih, mereka berhasil membawa pulang satu mendali perak dan satu mendali perunggu dan berhasil menduduki peringkat ketujuh dari 17 provinsi yang terlibat.

"Kami minta dukungan pemerintah untuk setidaknya membuatkan fasilitas lapangan gateball," ucap Yucke.

Menurutnya, atmosfer kejuaraan gateball di Jawa Barat belum sekuat di daerah Indonesia timur yang menggelar turnamen sekali dalam sebulan.

Baca: Dua Kali Makan di Warteg Bu Djunah, Jokowi Sudah Penuhi Tiga Permintaan Pemilik Warung

"Kami turnamen baru seperti arisan-arisan saja, tiga bulan sekali turnamen di Jabar. Klub-klub yang ngadain, swadaya anggota," ujarnya.

Meski minim turnamen di Jabar, Yucke merasa puas dengan perkembangan gateball di provinsi ini. Hingga kini, di Bandung saja, tercatat lebih dari 40 pemain gateball rutin berlatih.

Di daerah-daerah Jabar, sudah terbentuk 64 tim. Hebatnya lagi, setiap klub begitu antusias ketika diundang mengikuti turnamen.

"Misalnya saja, saya bikin surat turnamen untuk 64 tim. Dalam waktu dua jam itu sudah penuh," kata Dede Rustam selaku sekretaris Pergatsi Jabar.


"Gateball itu kaya virus. Kalau sudah tahu mainnya, tidak mau berhenti," ujar Dede.

Menurut Dede, dalam bermain Gateball dibutuhkan konsentrasi dan kerja sama tim.

"Kami banyak mikir strateginya jadi bukan cuma fisik aja yang jalan, otak juga hidup. Jadi happy," ucap Dede.

Rina (56), warga Antapani, kerap keasyikan bermain gateball hingga lupa waktu.

"Enggak kerasa capeknya. Latihan pagi pulang sampai jam 8 malam," ujar Rina yang telah bermain gateball sejak dua tahun lalu.

"Kita belajar sabar di lapangan. Stres hilang, yang suka nafsu jadi sabar. Otak dipakai terus jadi tidak pikun," ujar dia.

Baca: Operasi Senyap CIA Hancurkan Komunisme Korbankan Banyak Nyawa Tak Berdosa

Yuke (58) mendapat banyak keuntungan dari gateball. Selain sehat, ia pun bisa bersilaturahmi dengan banyak teman.

"Saya dulunya alergi (debu). Setelah main gateball jadi tidak pernah bersin lagi," kata Yuke (58).

Bagi Betty (53), strategi menjadi hal yang paling sulit dalam bermain gateball. Ia harus fokus sepanjang pertandingan yang berlangsung selama 30 menit.

Sudradjat (63) hanya absen latihan sekali dalam seminggu. Selama enam hari dalam sepekan, ia berlatih gateball bersama dua klub berbeda.

"Ini olahraga keluarga yang sifatnya rekreasi, cocok untuk usia-usia pensiun. Ini bikin kecanduan. Main gateball bisa sampai malam," ujar warga Padasuka ini. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved