Filosofi di Balik Seni Tempa Besi, Bisa Membentuk Karakter. Berikut Penjelasannya
Filosofi itulah yang wajib dipelajari oleh semua anggota Komunitas Pijar selama bergabung dalam komunitas pecinta seni tempa ini.
Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Seni menempa bukan hanya tentang cara memukul besi agar dapat membuat senjata.
Ada filosofi mendalam yang dapat dipelajari selama menempa besi menjadi senjata.
Filosofi itulah yang wajib dipelajari oleh semua anggota Komunitas Pijar selama bergabung dalam komunitas pecinta seni tempa ini.
Firasat Kepergian Choirul Huda Tak 'Terbaca' Rekan Setim, Justru Sosok Ini yang Diduga Merasakannya https://t.co/RoOt6X3HVI via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 16, 2017
Hal tersebut dikatakan Wiwid (37), pengurus Komunitas Pijar, ketika ditemui Tribun Jabar di Basecamp Pijar, di Jalan Kudus No 34, Antapani Kidul, Kota Bandung, Minggu (15/10/2017).
"Dalam teknik menempa, kita bukan hanya menempa besi tetapi juga menempa diri," ujar Wiwid.
Baca: 11 Janji Utama Anies-Sandi yang Layak Ditagih Warga Jakarta
Wiwid menjelaskan, sesuai filosofi tersebut, membuat suatu bilah sama dengan menempa diri, karena orang yang membuat bilah senjata harus bertanggung jawab.
Pembuatan bilah senjata yang tidak dapat dilakukan secara instan dan perlu proses panjang, serta membutuhkan banyak tenaga.
[VIDEO]: Zulham Zamrun Pamer Skill dan 'Ejek' Bek Persib Bandung, Henhen Herdiana https://t.co/4YVKdLt2hM via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 16, 2017
Menurut Wiwid, dapat proses itu bisa diibaratkan dengan proses menuntaskan masalah.
"Bila membuat bilah jangan ditinggalkan. Sama seperti bila ada masalah, selesaikan, jangan ditinggalkan," ujar Wiwid.
Karena itu pulalah, menurut Wiwid, menempa besi dapat turut membentuk karakter penempanya untuk menjadi sosok yang lebih tangguh dan bertanggung jawab. (*)