Letusan Gunung Agung Lebihi Merapi, Surono : Ini yang Paling Saya Takutkan
Banyak geolog dan vulkanolog di Indonesia yang khawatir begitu mengetahui Gunung Agung yang . . .
Kolom letusannya saat itu mencapai ketinggian 20 kilometer dengan total material batuan yang dikeluarkan mencapai 0,4 kilometer kubik (km3).
Material vulkanik berupa aerosol sulfat terbang tinggi dan kemudian melapisi atmosfer Bumi hingga sejauh 14.400 kilometer.
Baca: Duel Persib Vs Bhayangkara FC - Pelatih The Guardian Sesumbar Begini
Dampaknya, suhu Bumi mengalami pendinginan dengan rata-rata 0,4 derajat celsius karena sinar matahari terhalang lapisan aerosol sulfat (Hansen dalam Jurnal Science, 1978).
Rampino (1982) membandingkan tiga letusan gunung di Indonesia, yaitu Tambora (1815), Krakatau (1883), dan Agung (1963).
Disimpulkan, ketiga letusan itu menyebabkan pendinginan suhu Bumi dalam rentang besaran yang hampir sama.
Fenomena menjadi menarik karena jumlah material yang dimuntahkan ketiga gunung tersebut jauh berbeda.
Perbandingan volume material letusan Tambora, Krakatau, dan Agung adalah 150:20:1.
Namun, letusan Gunung Agung lebih kaya gas oksida belerang (SO2) dibandingkan letusan Tambora dan Krakatau.
Letusan Gunung Agung pada 1963 yang disebut sangat kaya belerang, membuka pemahaman baru dalam ilmu pengetahuan modern, yaitu pendinginan suhu Bumi akibat letusan gunung api lebih dipengaruhi konsentrasi aerosol sulfat dibandingkan debu silikat.
”Letusan Gunung Agung 1963 terjadi ketika dunia penerbangan belum seramai sekarang. Kalau letusan yang sama terjadi saat ini, dampaknya akan sangat serius terhadap dunia penerbangan,” sebut Indyo Pratomo, geolog dari Museum Geologi-Badan Geologi.
Baca: Selain 1.000-an Warga Tewas, Letusan Gunung Agung 1963 Juga Munculkan Dampak Lain yang Sangat Parah
Andi Eka Sakya, mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, bagi dunia penerbangan, debu vulkanik sangat berbahaya.
Selain dipengaruhi besaran material erupsi, ini juga sangat dipengaruhi pergerakan angin.
Karena itu, peranan BMKG penting.
”Krisis Gunung Agung ini sungguh menjadi ujian para stakeholder kebencanaan lintas bidang,” katanya. (Kompas Print / Ahmad Arif)