Ruwatan Kampung Adat Banceuy, Warga Mengarak Hasil Bumi Diiringi Tetabuhan
"Kampung-kampung adat seperti ini harus dipromosikan, harus dikembangkan supaya menarik jadi wisata budaya," ujar Dedi.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.CO.ID, SUBANG - Masyarakat Kampung Adat Banceuy Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, menggelar ruawatan bumi, Rabu (20/9), jelang Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
Tiap tahun, masyarakat Kampung Adat Banceuy kerap menggelar Ruwatan Bumi menjelang 1 Muharram. Tradisi ruwatan bumi di kampung ini diyakini sudah berlangsung sejak tahun 1800-an.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi datang ikut memeriahkan ruwatan bumi ini.
Tradisi yang mencolok di ruwatan bumi ini, sejak sepekan terakhir masyarakat kampung menghias kampung mereka dengan janur kuning. Warga juga menyembelih hewan ternak mereka sebagai tanda syukur.
Pantauan Tribun, warga kampung membawa berbagai hasil alam untuk diarak disertai tetabuhan suara alat musik tradisional. Sejumlah warga dari luar Subang tampak hadir di acara ruwatan bumi itu dan mengabadikan setiap momen dengan kamera ponsel.
Dedi tampak menikmati sajian setiap momen ruwatan bumi. Terlebih, ia berpendapat bahwa tradisi ruwatan bumi jadi semacam momen pariwisata yang menghadirkan banyak wisatawan.
Mulan Jameela Curhat Sering Diraba Makhluk Halus: Tubuhku Dicubit-Cubit Terus dari Bawah https://t.co/H9eTYMMzCO via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 20, 2017
"Kampung-kampung adat seperti ini harus dipromosikan, harus dikembangkan supaya menarik jadi wisata budaya," ujar Dedi.
Ia mencontohkan tradisi Kesada oleh suku Tengger di Gunung Bromo setiap tahun selalu dinanti para wisatawan. Meski begitu, ia bersyukur tradisi ruwatan bumi di Kampung Adat Banceuy juga dihadiri ratusan wisatawan.
"Tradisi adat harus berkelindan dan sejalan dengan konsep pariwisata. Dengan begitu, warga kampung adat tidak akan tersisihkan dari modernisasi. Malah modernisasi yang mengakomodir tradisi adat," ujarnya.
Hal itu juga berlaku secara umum untuk warga yang tinggal di pedesaan. Menurutnya, desa adalah gudangnya potensi wisata dan tradisi. "Jika potensi wisata desa dan tradisi dikembangkan dalam konsep pariwisata, orang desa tidak lagi perlu ke kota cari rejeki. Di Indonesia banyak yang seperti itu. Nah saya di Purwakarta sedang berjalan mengembangkan itu dan beberapa sudah berhasil," ujarnya.
Misalnya, kata dia, Kampung Tajur di Kecamatan Bojong hingga via verrata Gunung Parang, wisata treking Gunung Bongkok dan Lembu, wisata air terjun hingga wisata hutan pinus. (men)