Bocah Asal Jogja ini Lumpuh karena Digigit Ular Weling, 9 Bulan Kemudian Kondisinya jadi Begini
Sungguh malang nasib Ananda Yue Riastanto, bocah berusia delapan tahun asal Kulon Progo, Yogyakarta. Sembilan bulan yang lalu dirinya digigit ular wel
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Indan Kurnia Efendi
TRIBUNJABAR.CO.ID - Sungguh malang nasib Ananda Yue Riastanto, bocah berusia delapan tahun asal Kulon Progo, Yogyakarta. Sembilan bulan yang lalu dirinya digigit ular weling.
Tepatnya 5 Januari 2017 pukul 03.00 WIB, Ananda sedang terlelap tidur lalu tiba-tiba ada ular weling menggigit ujung telunjuk kakinya, melansir dari Kompas.
Ayahnya, Sugiyanto langsung membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
"Awalnya ke rumah sakit di Wates, paginya baru dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito," ucap Sugiyanto.
Andanda merasa mual dan tubuhnya kemudian menjadi kaku. Hal tersebut diduga karena efek racun ular yang berada di dalam tubuhnya.
Setidaknya Ananda menghabiskan 32 hari di rumah sakit tersebut.
Setelah diizinkan pulang, bocah kelas satu SD itu tetap harus melakukan pengobatan satu bulan sekali ke rumah sakit.
Kendati sudah mendapatkan pengobatan, kondisi Ananda belum sehat 100 persen seperti sedia kala. Hingga sekarang tubuhnya mengalami kelumpuhan.
Penglihatan anak dari pasangan Sugiyanto dengan Deni Rianingsih itu pun tidak normal usai mendapat gigitan ular weling.
Kini Ananda tidak bisa melakukan banyak hal, termasuk untuk makan. Di hidungnya terpasang sebuah selang yang berguna menyalurkan makanan ke perut.
Ia hanya bisa mengeluarkan suara seperti dengkuran. Hanya itu yang bisa menandakan dirinya masih bisa merespon orang-orang di sekitarnya.
Menurut hasil diagnosa, Ananda mengalami ensepalofati atau kerusakan otak besar.
Efek dari penyakit tersebut menyebabkan Ananda tidak berbicara dan mengalami kelumpuhan.
Ya, ensepalofati yang diderita Ananda itu tidak lain karena gigitan ular weling.
Sembilan bulan berlalu sejak digigit, kondisi Ananda tidak memperlihatkan kemajuan pesat. Tapi di beberapa kesempatan putra Sugiyanto itu sudah bisa menunjukkan ekspresi sedih atau senang.
Tiga kali kalau enggak salah, sekali tersenyum ketika tidur, sekali sama saya ketika saya ajak bercanda, dan sekali sama istri. Dia juga menangis kalau minta sesuatu atau sedang marah ," ujar Sugiyanto.
Fisik Ananda memang terlihat sehat, ia pun sudah bisa mendengar. Namun untuk urusan penglihatan dan berbicara, bocah yang pernah ranking satu di sekolahnya itu masih harus menunggu waktu lagi.
"Itu teman-temannya sendiri yang bilang. Mereka bilang tidak ada teman yang bisa ditanyai lagi. Guru pun masih berharap, Ananda bisa segera sembuh dan bisa sekolah lagi. Rapornya masih disimpan oleh guru jika mau kembali sekolah," ujar Sugiyanto.
Mengikat Bekas Gigitan Ular, Apakah Sudah Benar?

Ketika Sugiyanto mengetahui anaknya terkena gigitan ular, dirinya langsung mengikat bagian kaki Ananda. Ia berharap agar bisa ular tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Tapi apakah itu sudah benar.
Melansir dari Kompas.com, pakar toksikologi dan bisa ular DR Dr Tri Maharani Sp EM menjelaskan paradigma yang ada di mayarakat soal penanganan pertama gigitan ular salah besar.
Masyarakat meyakini bisa ular tidak akan menyebar jika bekas gigitannya diikat. Selain itu ada juga tindakan menyayat bekas luka.
Padahal upaya tersebut sebenarnya tidak tepat.
“Kalau diikat hanya membuat kondisi seolah-olah bisa ular berhenti. Padahal yang diikat adalah pembuluh darah. Akibatnya pembekuan darah hingga amputasi,” ujar Tri.
Cara untuk mencegah racun menyebar, menurut Tri, tidak perlu dengan cara mengikat bekas gigitan. Cukup bagian tubuh yang terluka tidak banyak bergerak.
Adapun langkahnya bisa menggunakan bambu atau alat lain untuk menghimpit bagian luka layaknya pananganan terhadap korban yang patah tulang.