Mencintai Alam Lewat Film Dokumenter

Status sebagai mahasiswa memiliki kesenangan dan tantangan tersendiri bagi sekelompok mahasiswa Telkom University Jurusan Desain Komunikasi Visual.

Penulis: Daniel Andreand Damanik | Editor: Jannisha Rosmana Dewi
TRIBUNJABAR.CO.ID/DANIEL ANDREAND DAMANIK
Tim produksi Film Dokumenter Suku Badot (menggunakan jas merah) dan perwakilan Komunitas Suku Badot seusai menampilkan film dokumenter di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Selasa (18/7/2017). 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Daniel Andreand Damanik

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Status sebagai mahasiswa memiliki kesenangan dan tantangan tersendiri bagi sekelompok mahasiswa Telkom University Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV).

Memproduksi film dokumenter menurut kelompok ini memiliki tantangan tersendiri.

Kelompok Mahasiswa tingkat akhir ini sedang menggarap film dokumenter tentang Komunitas Suku Badot di Padalarang untuk syarat menjadi Sarjana.

Suku Badot merupakan sekelompok komunitas warga yang memiliki misi untuk menyelamatkan keindahan Gunung Hawu dari eksploitasi dan pertambangan liar.


Anggota kelompok terdiri dari Dwi Arif Setiawan sebagai editor, Suranta Sihaloho Juru Kamera dan Alfi Nasri sebagai Sutradara.

Saat ditanya wartawan TribunJabar.co.id tentang mengapa memilih produksi film dokumenter dibandingkan film fiksi, Alfi mengatakan, film dokumenter itu persoalan rasa dan mengejar momentum yang mahal dan sulit diulang.

Menurut Suranta Sihaloho, anggota kelompok yang berperan sebagai juru kamera pada film dokumenter ini, film ini secara perlahan akan memberikan edukasi kepada masyarakat agar menjaga alam dari ancaman eksploitasi secara berlebihan.

Pengamatan wartawan TribunJabar.co.id melihat cuplikan, film dokumenter tersebut mampu membawa penonton dan masyarakat tersadar untuk berpikir ulang jika ingin mengeksploitasi kekayaan alam.

"Proses penyelesaian film ini banyak pengalaman baru yang kami dapatkan, dibutuhkan kehati-hatian dan kecermatan dalam mengamati, agar tidak ada yang dirugikan dari hasil karya film dokumenter ini," ujar Dwi Arif Setiawan sebagai editor pada saat pemutaran film dokumenter di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Selasa (18/7/2017).

Kelompok film dokumenter ini berkomitmen untuk menggali lebih dalam sisi lain dari kehidupan alam di daerah Gunung Hawu dan komunitas Suku Badot di Padalarang.

Ketua Komunitas Suku Badot, Irsan Risalat saat ditemui di tempat yang sama menyampaikan, memanfaatkan alam adalah hak setiap makhluk.

"Kita boleh memanfaatkan keindahan alam, tapi kita sebagai manusia tidak punya hak penuh terhadap alam, masih banyak makhluk hidup lainnya yang membutuhkan keutuhan alam," tegas Irsan Risalat.

Dalam cuplikan film dokumenter tersebut juga ditegaskan pesan untuk manusia, jangan hanya berpikir mencari uang, karena uang kalau habis masih bisa di cetak, namun keindahan alam, keindahan pegunungan, jika sudah habis, tidak akan bisa kembali.

Kelompok ini bertekad akan mengembangkan sisi lain dari film dokumenter ini, dan merundingkan, agar penggarapan film ini tidak berhenti pada tanggung jawab Mahasiswa dalam penyelesaian tugas akhir saja.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved