Hikmah Ramadan
Membangun Energi Positif Melalui Ramadan
Manusia diciptakan dalam kondisi gundah gulana. Ia terkadang bersukacita dan bersemangat, tapi terkadang gusar dan mengeluh.
Oleh Dr (HC) H Ahmad Heryawan LC MSi
IBADAH puasa di bulan Ramadan hendaknya dimaknai sebagai sebuah aktivitas penuh kenikmatan. Ekspresi kenikmatan dalam melaksanakan suatu aktivitas merupakan bentuk upaya membangun energi positif yang lebih besar di dalam tubuh kita.
Manusia diciptakan dalam kondisi gundah gulana. Ia terkadang bersukacita dan bersemangat, tapi terkadang gusar dan mengeluh.
Kondisi yang dialami manusia pada hakikatnya berpangkal pada energi yang dipancarkan oleh tubuh dan jiwa, yang dikaitkan dengan persepsinya terhadap sesuatu yang dialami atau dilakukannya. Tubuh manusia akan memunculkan energi positif jika ia menikmati apa yang dilakukan dan dirasakannya, tapi akan memunculkan energi negatif jika ia berada dalam kondisi sebaliknya.
Energi positif akan memengaruhi diri untuk cenderung pada perbuatan positif, yang selanjutnya melahirkan output positif pula; misalnya keteraturan, kestabilan, dan orientasi pada perbaikan kualitas dan mutu dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, energi negatif akan mendorong pada perbuatan yang kurang baik sehingga output yang dihasilkan pun tidak memberikan nilai kebaikan bagi dirinya. Itulah sunnatullah sebagai hukum yang mengikat energi tubuh manusia.
Menikmati pelaksanaan ibadah saum Ramadan dengan penuh keikhlasan merupakan upaya untuk menguatkan dominasi energi positif dalam tubuh, agar memunculkan kecenderungan terhadap perilaku positif, yang pada gilirannya melahirkan nilai ibadah yang berkualitas di hadapan Allah Swt.
Ramadan sebagai bulan pendidikan yang disiapkan Allah Swt. bagi segenap hamba-Nya yang beriman diharapkan dapat memberikan imbas atau efek positif yang terus melekat sepanjang tahun. Keikhlasan dalam melaksanakan ibadah puasa yang diawali dengan sukacita menyambut kehadirannya adalah upaya untuk membangun energi positif.
Dominasi energi positif itu akan melahirkan produktivitas yang prima dalam kondisi berpuasa. Hal itu pernah dicontohkan oleh para pendahulu kita, para salafusshalih, yang mampu melahirkan berbagai karya monumental di bulan Ramadan dalam kondisi berpuasa.
Selanjutnya, melatih diri membangun energi positif sejatinya merupakan suatu kewajiban. Sebagai muslim, kita semua memiliki fitrah untuk berusaha menjadi hamba yang istimewa di hadapan Allah, yaitu golongan orang-orang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Hamba Allah yang bertakwa merupakan sosok yang memiliki orientasi perbaikan kualitas diri dari waktu ke waktu sehingga akan terus melahirkan berbagai output positif dari rangkaian amal salehnya.
Upaya melahirkan amal kebajikan dengan kualitas maksimal dimulai dengan upaya membangun energi positif di dalam jiwa. Salah satu cara ialah dengan menanamkan sikap ikhlas dan menikmati dengan sepenuh hati setiap kewajiban, dan tidak memandangnya sebagai beban.
Pentingnya menghadirkan energi positif merupakan hasil didikan yang diperoleh selama Ramadan, yang diharapkan bukan hanya diterapkan di Ramadan saja, sehingga semangat beramal saleh dapat terus mewarnai dan menjadi bekal untuk beramal di bulan-bulan setelah Ramadan. (*)