Kekerasan Terhadap Anak
Kak Seto Desak Polres Garut Berikan Hukuman Maksimal untuk Pelaku
Menurut Kak Seto, para korban harus mendapat penanganan cepat dalam pemulihan rasa trauma. Kak Seto pun . . .
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana
GARUT, TRIBUNJABAR.CO.ID - Kasus pelecehan seksual yang menimpa sejumlah siswa SMK swasta di Kabupaten Garut mendapat perhatian khusus dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Ketua LPA, Seto Mulyadi, mengaku sengaja datang bersama rombongan dari Kemenko PMK karena peristiwa tersebut menimpa anak-anak. Apalagi kejadian tersebut sudah berlangsung sejak 2012.
"Ini sudah berlangsung lama dan jumlahnya (korban) besar. Korban juga mengalami trauma," ucap Kak Seto, sapaan akrabnya, di Kantor P2TP2A Kabupaten Garut, Jalan Patriot, Kamis (23/2/2017).
Menurut Kak Seto, para korban harus mendapat penanganan cepat dalam pemulihan rasa trauma. Kak Seto pun sudab berbincang dengan para siswa terkait kejadian tersebut.
"Ini tidak hanya satu atau dua orang saja korbannya. Jika dibiarkan takut korbannya mengalami penyimpangan seksual," katanya.
Kak Seto pun mendesak kepada Polres Garut untuk memberikan hukuman maksimal kepada pelaku sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2016. Terutama peristiwa tersebut bisa merenggut masa depan generasi muda.
"Sanksi yang terbaru bisa dikebiri atau hukuman seumur hidup. Ini harus diterapkan. Percuma diperbaiki aturannya tapi tidak digunakan," ucapnya.
Sebelumnya, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto menyambangi kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Jalan Patriot, Kecamatan Tarogong Kidul
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia terseut tiba pukul 12.00. Kedatangan Kak Seto disambut Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari Gunawan.
Kunjungan Kak Seto ke Garut untuk membahas sejumlah permasalahan yang menimpa anak. Kak Seto juga ingin berbincang dengan sejumlah anak SMK swasta yang diduga dilecehkan oleh pembina ekstrakurikuler. (wij)