Cipratkan Susu Kaleng di Depan Bank, Perintah Dukun Palsu untuk Sedot Uang Rp 7 M

Ia mengisahkan, untuk melakukan ritual harus dilakukan di depan bank tempat korban menyimpan dan mengambil uang.

Penulis: Deddi Rustandi | Editor: Ferri Amiril Mukminin
tribunjabar/deddi rustandi
Polisi meringkus dua perampok yang beraksi 17 kali di Sumedang, Garut dan Tasik. Kawanan bandit ini mencari korban dan mengaku bisa menggandakan uang. Setelah bertemu korban uang yang digandakan dirampok. 

SUMEDANG, TRIBUNJABAR.CO.ID -- Abdul Hamid alias Kholil (45) hanya bisa bengong ketika anggota reserse kriminal (Reskrim) Polres Sumedang menangkapnya. Kholil diciduk di rumahnya karena serangkaian pencurian dan perampokan dengan dalih penggandaan uang. Saat ditangkap di rumahnya, di Patrol, Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut ia sedang membungkus tembakau yang mau dijualnya.

“Saya tak menyangka yang datang itu polisi. Apalagi aksi pencurian di Sumedang dilakukan hampir setahun lalu,” kata Kholil di Mapolres, Senin (19/12/2016).

Polisi juga meringkus Dona Sonjaya alias Anwar (37) warga Cukang Lemah, Desa Tenjolaya Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Anwar berperan sebagai penghubung antara korban dengan Kholil yang menjadi eksekutor.

“Kedua pelaku ini terlibat pencurian bahkan pencurian dengan kekerasan terhadap korban yang dijanjikan uangnya bisa berlipat ganda. Setelah uang disediakan, uang korban dicuri dan dirampas,” kata Kapolres AKBP Agus Iman Rifai di Mapolres, Senin (19/12/2016).

Kapolres menyebutkan kawanan bandit dengan modus penggandaan uang ini beraksi selama 17 kali di Sumedang, Garut dan Tasikmalaya. “Aksi dilakukan pelaku sebanyak 17 kali dengan wilayah operasi Sumedang, Garut dan Tasikmalaya. Mereka ditangkap akhir pekan lalu,” katanya.

Dari tangan pelaku diamankan pistol airsoft gun, uang mainan Rp 40 juta, keris dan perangkat perdukunan penggandaan uang, perhiasan emas, kwitansi pembelian tanah, ATM, televisi, motor dan mobil. “Saya sebelumnya mencari uang dengan cara digandakan, sudah banyak keluar uang dan baru sadar pada tahun 2009 saat berguru ke Jasinga, Bogor kalau penggandaan uang itu penipuan semata,” kata Abdul yang bekerja sebagai pedagang tembakau ini.

Sejak saat itu, ia banting setir dan mencari korban dengan dalih penggandaan uang. “Baru di Sumedang ini saya berhasil mencuri sampai Rp 225 juta. Sebelumnya paling hanya Rp 5 sampai 25 juta saja yang berhasil dicuri,” katanya.

Aksi di Sumedang dilakukan setelah Dona berhasil menghubungi korban asal Palembang, 20 Januari 2016 sekitar pukul 20.00. Korban yang membawa mobil bertemu Kholil dan akan pergi ke Pameungpeuk Garut. “Korban mau mengandakan uang dan saya menyebutkan bisa melakukan ritual menyedot uang dari bank,” kata Kholil.

Ia mengisahkan, untuk melakukan ritual harus dilakukan di depan bank tempat korban menyimpan dan mengambil uang. Di dalam perjalanan itu, mereka berhenti di sebuah bank di jalan raya Bandung-Garut, Kampung Dangdeur, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatinangor. “Saya menyuruh korban turun dan membawa cairan susu kaleng untuk ditumpahkan dan airnya dicipratkan di depan bank. Itu ritual yang harus dilakukan supaya uang gampang disedot dari bank. Uang Rp 200 juta itu dijanjikan bisa menjadi Rp 7 miliar,” katanya.

Korban menurutinya dan turun dari mobilnya untuk menuangkan susu kemasan. Di dalam mobil pelaku dan sopir menunggu. “Saya kemudian menyuruh sopir membeli rokok. Saat sopir membeli rokok, saya ambil tas kulit coklat milik korban yang berisi uang tunai Rp 225 juta,” kata pelaku.

Setelah berhasil mengambil tas korban, pelaku dijemput temannya yang naik motor dan langsung kabur. Saat ini polisi masih memburu dua pelaku dari kawanan bandit pengganda uang. (std)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved