Gudang Kopi yang Jadi Sekolah Satu-satunya yang Tersisa

KECAMATAN Wanayasa menyimpan cerita panjang tentang sejarah pembentukan Kabupaten Karawang dan Purwakarta. Sempat menjadi pusat pemerintahan

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUN JABAR/MEGA NUGRAHA
Seorang anak tengah bermain di halaman bangunan sekolah SD Negeri 1 Wanayasa yang dua abad lalu sempat digunakan sebagai Gudang Kopi Wanyasa. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha

PURWAKARTA, TRIBUNJABAR.CO.ID - KECAMATAN Wanayasa menyimpan cerita panjang tentang sejarah pembentukan Kabupaten Karawang dan Purwakarta. Kawasan ini sempat menjadi pusat pemerintahan.

WANAYASA pernah menjadi pusat pemerintahan Karawang sejak 1821. Namun, sejak 1830, Wanayasa tidak lagi jadi pusat pemerintahan sekaligus ibu kota Karawang karena pusat pemerintahan dipindahkan ke Sindang Kasih, di kawasan Purwakarta kota sekarang. Sejak itulah Wanayasa menjadi distrik kewedanaan.

Meski demikian, nyaris tak ada peninggalan arsitektur masih berdiri di Wanayasa. Padahal, merujuk pada sejarah, daerah itu sempat jadi pusat pemerintahan sekaligus pusat peradaban yang meniscayakan arsitektur di zamannya.

"Setiap daerah di Indonesia mengenal istilah kota tua dengan hadirnya arsitektur bangunan yang menandakan masanya. Tapi di Wanayasa bisa jadi tidak ada. Ibaratnya, kota tua yang hilang karena sulit menemukan peninggalan arsitektur kota di Wanayasa yang sempat jadi pusat pemerintahan," ujar Ayi Kurnia Iskandar (45), budayawan asal Wanayasa, saat ditemui di kediamannya di Desa Wanayasa, belum lama ini.

Meski begitu, kata dia, kondisi itu wajar karena di masanya bentuk arsitektur bangunan kota di Wanayasa tidak merujuk pada gaya arsitektur Eropa.

"Saya cenderung meyakini bahwa arsitektur bangunan kota saat Wanayasa jadi pusat pemerintahan belum terlalu mengenal tembok, melainkan lebih ke kayu," ujarnya.

Namun, Budi Rahayu Tamsyah, dalam bukunya, Sejarah Wanayasa, menyebut bahwa daerah yang kini jadi penghasil manggis ini juga sempat jadi pusat perlintasan perdagangan hasil bumi.

Ia menulis Wanayasa tercatat dalam sejarah perniagaan kopi di Priangan. Kopi-kopi yang berasal dari Bandung, Sumedang, Subang dan sekitarnya, termasuk Wanayasa, dikumpulkan, ditimbang ulang, dan ditimbun di Gudang Kopi di Wanayasa. Baru setelah itu dibawa dengan pedati ke Pelabuhan Cikao (sekarang Cikao Bandung) di tepi Sungai Citarum untuk dikapalkan ke Batavia.

"Bekas Gudang Kopi itu sekarang jadi gedung SDN 1 Wanayasa. Gudang Kopi tersebut tercatat dijadikan bangunan sekolah pada tahun 1864 dengan murid pertamanya 19 orang, yang berusia 10-23 tahun," tulisnya.

Pernyataan Ayi soal bentuk arsitektur kota di Wanayasa lebih cenderung menggunakan material kayu ternyata juga terlihat di bangunan yang sudah menjadi SD ini. Saat Tribun mengunjungi SD Negeri 1 Wanayasa yang disebut Gudang Kopi Wanayasa, fondasi-fondasi bangunan menggunakan kayu keras dari jati.

Bangunan itu digunakan untuk lima kelas. Langit-langitnya tinggi. Fondasi di setiap sudut bangunan berbentuk persegi memanjang itu menggunakan kayu setinggi lebih dari 3 meter. Pintu-pintu ruangan kelas juga terbuat dari kayu jati.

"Ini masih bentuk asli bangunan Gudang Kopi Wanayasa yang kini jadi SD Negeri 1 Wanayasa," ujar Endang (48), penjaga sekolah, saat ditemui di sekolah itu, Sabtu (3/12).

Meski demikian, sejumlah perubahan telah dilakukan. Misalnya setengah dinding ke atas, yang dulunya ditutup ram kawat, kini dipasangi teralis besi. Setengah dinding ke bawah, yang dulunya terbuat dari bilik, kini diganti dengan tembok.

"Saya dulu sekolah di sini. Awalnya dinding kelas ditutupi bilik semua. Sekarang juga dinding sekeliling bangunan didominasi bilik bambu," ujarnya. (*)

Naskah ini juga bisa Anda baca di Koran Tribun Jabar, edisi Kamis (8/12/2016).

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved